Bisnis.com, BANDUNG — American & Efird (A&E), produsen benang asal Amerika Serikat yang memiliki pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur, memasang target ambisius tahun ini dengan peningkatan penjualan hingga 300%.
Senior Sales Manager A&E Indonesia Janat Permana mengungkapkan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 300% tahun ini dengan optimisme yang didapat dari capaian signifikan tahun sebelumnya.
“Yang jelas, dari 2023 ke 2024 kita 97% peningkatannya. Bisa bayangin penjualan sales kita naik 97%. Jadi hampir 100%,” ujar Janat Permana, saat ditemui usai rapat kerja di Intercontinental Bandung, Jumat (10/1/2025).
Di tengah keresahan industri garmen Indonesia saat ini yang bertumbangan, produsen benang tersebut masih bertahan lantaran bisnisnya berorientasi pada pasar ekspor sepenuhnya.
Janat juga mengungkap bahwa pihaknya masih selektif dalam menjaring mitra industri garmen lokal. Pasalnya, pabrik benang A&E Indonesia baru hadir 6 tahun lalu, cukup sulit bersaing dengan kompetitor lokal.
Oleh karena itu, pihaknya fokus ke pasar ekspor sembari mencari produsen domestik yang mau menjalin kerja sama. Hingga saat ini, beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Jepang, dan negara Asia lainnya.
Baca Juga
“Kita berbeda dengan tekstil, kita main di garmen yang punya market ha sendiri dan kita ekspor. Berbeda dengan tekstil yang mereka sulit bersaing dengan impor dari China,” tuturnya.
Lebih lanjut, Janat menerangkan sejumlah strategi yang dipersiapkan untuk mencapai target pertumbuhan penjualan 300% tahun ini.
Untuk mencapai target ini, A&E Indonesia melakukan rebranding nama brand, mengandalkan peningkatan kapasitas produksi, memperluas pasar dan lini produk yang dijalani.
Janat menyebutkan bahwa perusahaan akan memperkenalkan brand A&E di Indonesia pada tahun ini, yang sebelumnya memakai nama PT Benang Amefird Indonesia (BAI).
Lebih lanjut, Janat menekankan bahwa pasar Indonesia sangat potensial, tetapi perusahaan harus selektif dalam memilih target pasar yang tepat.
“Permintaan kualitas itu dengan produk yang kita tawarkan di market ini masih di range ekspor untuk kualitas. Bukan berarti produk lokal ini tidak bagus, bukan. Cuma ada beberapa produk sekarang Indonesia ini lebih picky, selektif untuk memilih,” jelasnya.
Di sisi lain, salah satu strategi utama untuk meraih target tersebut adalah dengan memasuki sektor industri sepatu, yang dikenal sebagai footwear.
Sebelumnya, A&E Indonesia lebih fokus pada produk apparel (pakaian) dan aksesoris. Namun, mulai 2025, perusahaan akan merambah pasar sepatu olahraga, seperti Nike, Hoka, Adidas, Converse, dan New Balance.
Terlebih, pasar benang untuk industri sepatu di Indonesia cukup besar, mencapai US$70 juta per tahun.
“Jadi kita akan share kontribusinya itu dari footwear, kita nggak muluk-muluk dulu, 30% kontribusinya. Dan kita berani bilang itu, kenapa? Karena kita sudah melakukan development sebelumnya,” tegasnya.
A&E Indonesia sudah memulai pengembangan produk footwear sejak kuartal keempat 2024, dengan berbagai merek besar, salah satunya melakukan penawaran dengan pabrik baru Hoka di Kawasan Industri Terpadu Batang.
Dengan rencana ekspansi ke sektor footwear, peningkatan kapasitas produksi, dan penguatan brand A&E di Indonesia, perusahaan optimistis dapat mencapai target penjualan yang sangat ambisius tersebut.
“Kapasitas kita akan tingkatkan. Kita nggak mungkin bicara 3 kali lipat kalau kapasitas gitu-gitu aja,” ucapnya.
Adapun, kapasitas produksi yang saat ini mencapai 80 ton per hari atau sekitar 30.000 ton per tahun akan ditingkatkan 2 kali lipat. Begitupun dengan tenaga kerja yang saat ini menyerap 200 pekerja.