Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi 2024 mampu tumbuh hingga 5,1% setahun penuh berkat dorongan diskon tiket pesawat dan Harbolnas pada kuartal IV/2024.
Airlangga menyampaikan pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong konsumsi masyarakat, salah satunya melalui Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) maupun Belanja di Indonesia Aja (BINA).
"Menjelang Nataru, kami membuat beberapa program seperti Black Friday, namanya Blessed Friday [alias Harbolnas]," tuturnya dalam Indonesian Business Council: Business Competitiveness Outlook 2025 di Raffles Hotel, Senin (13/1/2025).
Selain itu, pemerintah juga melakukan stabilisasi harga pangan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP & TPID) untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%.
Hasilnya, pemerintah mencatat adanya transaksi mencapai Rp31,2 triliun atau meningkat 21,4% dari program yang sama 2023. Sementara program BINA 2024 berhasil mencatatkan kenaikan transaksi sebesar 15,5% (year on year/YoY) ke angka Rp25,4 triliun.
Sementara melalui program Every Purchase is Cheap (EPiC), pemerintah mencatat transaksi mencapai Rp14,9 triliun.
Baca Juga
Rasa percaya diri akan ekonomi Indonesia tersebut tetap tinggi meskipun sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau bahkan lebih rendah pada 2024.
Airlangga membandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand yang tumbuh sekitar 3%, dan Korea Selatan yang tumbuh 1,5%, maka Indonesia masih menjaga pertumbuhan yang baik.
"Kalau kita lihat dari indikasi PMI [Purchasing Managers Index Manufaktur] di bulan Desember, kita dalam pertumbuhan di mana ekspansi 51,2%. Selain itu, indeks konsumen serta indeks penjualan riil juga tumbuh positif," tutur Airlangga.
Meskipun demikian, bila melihat secara perinci, Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2024 tercatat tumbuh melambat sejak September.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menuturkan perlambatan tersebut menjadi sinyal terhadap pelemahan daya beli yang nyata dan dipicu oleh tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah dan calon kelas menengah.
Di Indonesia, konsumsi rumah tangga menjadi kontributor utama pendorong ekonomi. Per kuartal III/2024, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% (YoY) dengan distribusi sebesar 53,08% terhadap total pertumbuhan ekonomi.
"Kalau di 2025 tidak ada perubahan kebijakan, ya akan begitu terus kondisinya. IPR tumbuh tapi lebih lambat dari sebelumnya, artinya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV/2024 dan Kuartal I/2025," tuturnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi 2024 pada Rabu (5/2/2025).