Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund/IMF dan Bank Dunia kompak memberikan ramalan yang sama untuk ekonomi Indonesia 2025 di angka 5,1%.
Proyeksi terbaru IMF dan Bank Dunia itu menginformasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran kurang lebih 5%.
Dalam laporan terbaru World Economic Outlook edisi Januari 2025, IMF tidak mengubah proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia dari laporan edisi sebelumnya, Oktober 2024.
Secara umum, IMF memperkirakan ekonomi global akan tetap stabil pada 2025 di angka 3,3%.
Untuk negara berkembang, IMF melihat kinerja pertumbuhan pada 2025 dan 2026 diperkirakan akan menyamai kinerja pertumbuhan pada 2024—sebagaimana estimasi ekonomi Indonesia 2024 di angka 5% sementara 2025 sebesar 5,1%.
Sementara prediksi Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects (GEP) Januari 2025 untuk ekonomi global jauh lebih rendah dari proyeksi IMF, yakni di angka 2,7%.
Baca Juga
Berbeda dengan proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia, Bank Dunia memberikan angka yang sama untuk 2025 dan 2026 sebesar 5,1%.
Keberadaan ancaman tarif tinggi dari presiden terpilih AS Donald Trump juga telah Bank Dunia perhitungkan.
Dalam sebuah model makroekonomi global digunakan untuk mengkalibrasi kemungkinan implikasi kenaikan tarif AS.
Simulasi menunjukkan bahwa kenaikan tarif AS sebesar 10 poin persentase pada semua mitra dagang pada tahun 2025, tanpa adanya tarif pembalasan yang diberlakukan sebagai tanggapan, akan mengurangi pertumbuhan global sebesar 0,2 poin persentase pada tahun tersebut
Selain itu, pertumbuhan negara berkembang (emerging market and developing economies/EMDE) akan lebih lemah sebesar 0,1% setiap kenaikan tarif sebesar 10% tersebut.
Lain halnya bila ternyata adanya tarif pembalasan yang proporsional oleh mitra dagang, efek negatif pada pertumbuhan global dan EMDE relatif terhadap baseline akan meningkat menjadi sekitar 0,3% dan 0,2%.
Adapun Bank Dunia tidak mempublikasikan secara khusus efek terhadap Indonesia dari pengenaan tarif Trump.
“Dampak-dampak ini dapat semakin meningkat jika peningkatan proteksionisme perdagangan global disertai dengan ketidakpastian kebijakan yang meningkat,” tulis Bank Dunia.
Nyatanya, ramalan dua lembaga internasional tersebut setara dengan proyeksi dari Bank Indonesia yang baru sama merevisi ke bawah dari 5,2% menjadi 5,1% untuk 2025.
Tanggapan BI
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan bahwa pemangkasan proyeksi tersebut sejalan dengan turunnya daya beli masyarakat khususnya kelas menengah.
"Konsumsi rumah tangga lemah, khususnya golongan menengah ke bawah sehubungan belum kuatnya ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).
Sementara pemerintah, tetap optimistis dengan target yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di angka 5,2%.
“Memang beberapa [lembaga] termasuk BI juga menurunkan dari 5,2% ke 5,1%. Tetapi pemerintah sih tetap optimistis, ini kan masih bulan Januari," ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.