Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat BPOM Turunkan Harga Obat RI, Masuk WHO Listed untuk Gaet Investor

BPOM tengah berupaya untuk mendapatkan WHO Listed Authority (WLA) atau status pengakuan WHO dari sisi regulasi otoritas lembaga.
Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dok BPOM RI
Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dok BPOM RI

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah berupaya untuk mendapatkan WHO Listed Authority (WLA) atau status pengakuan WHO dari sisi regulasi otoritas lembaga. Hal tersebut dinilai dapat menarik produsen obat global untuk berinvestasi di Indonesia. 

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, investasi berupa fasilitas produksi obat ke dalam negeri dapat menjadi solusi untuk menekan importasi sehingga harga obat lokal dapat diturunkan. Saat ini, bahan baku obat (BBO) masih diimpor 90%. 

"Sertifikat impor bahan baku dan semuanya itu sama kita [pengurusan], kalau dia [produk] sampai di sini kini ikat, 5 tahun dia harus transfer teknologi, jadi secara bertahap patennya diproduksi dalam negeri, dan dengan cara ini bisa menurunkan harga obat," kata Taruna dalam kunjungan ke PT Equilab International, Jumat (24/1/2025). 

Terlebih, ekosistem kefarmasian di Indonesia juga dinilai cukup mumpuni. Salah satunya dengan kehadiran laboratorium untuk uji klinik produk obat, farmasi, hingga kosmetik yang terstandar internasional, seperti PT Equilab International. 

Dalam kunjungannya ke laboratorium tersebut, Taruna menyebut bahwa Equilab merupakan lembaga untuk uji klinis, laboratorium uji bioavailability, uji pharmacokinetic, pharmacodynamic. Kesiapan lab uji klinik itu menjadi kekuatan Indonesia untuk masuk ke WHO Listed. 

"Kita ingin masuk dalam WHO Listed Authority. Itu adalah posisi tertinggi dalam regulator di dunia, yang masuk ke situ dari hampir 200 negara, cuma ada 30 sekarang. Jadi mudah-mudahan Indonesia negara berkembang pertama yang bisa masuk dalam list tersebut," tuturnya. 

Dengan demikian, dia pun mempersilakan investor yang memegang paten obat untuk memproduksi di Indonesia. Selama ini, harga obat yang banyak diklam mahal lantaran modal besar untuk membawa produsen obat berpaten ke Indonesia. 

"Kita nggak bisa ambil langsung produk mereka, ya kita minta mereka berinvestasi di negeri kita dan kita memberikan kemudahan regulasi dan sebagainya. Termasuk bagaimana berinvestasi, bagaimana membuka, karena kan BPOM menentukan good manufacturing praktisnya," terangnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Equilab Internasional Ronal Simanjuntak mengatakan, sebagai laboratorium independen, pihaknya memastikan mengikuti regulasi yang ditentukan BPOM untuk pengujian mutu produk. 

"Kami di sini mengujikan cukup banyak produk obat, kosmetik, vaksin dan juga dari segi akreditasi lembaga pengujian ISO 17025, ISO 15189, dan juga akreditasi dari regulator-regulator dari luar negeri, itu jadi modal kami sebagai lembaga pengujian," tuturnya. 

Equilab juga berkomitmen mendukung program BPOM untuk menjadi batu loncatan peningkatan produk fitofarmaka di Indonesia. Berdasarkan data BPOM, dari potensi 17.200 obat herbal, baru 97 obat yang udah uji praklinik, dan 21 obat yang sudah teruji menjadi obat aktif fitofarmaka. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper