Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Ramal Defisit APBN Bengkak, Pejabat Kemenkeu Ogah Berkomentar

Goldman Sachs menyoroti kondisi fiskal Indonesia, memproyeksikan defisit APBN 2025 bisa mencapai 2,9% atau mendekati ambang batas aman 3%.
Gedung Kementerian Keuangan. / dok kemenkeu.go.id
Gedung Kementerian Keuangan. / dok kemenkeu.go.id

Bisnis.com, JAKARTA — Para pejabat Kementerian Keuangan tidak mau memberikan respons soal publikasi terbaru perusahaan investasi global Goldman Sachs, yang memproyeksikan defisit APBN 2025 hingga 2,9% sembari menurunkan peringkat saham dan obligasi negara RI.

Para awak media menanyakan terkait keputusan Goldman Sachs menurunkan peringkat pasar saham Indonesia kepada Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu dan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto usai keduanya menghadiri rapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat pada Selasa (11/3/2025).

Kendati demikian, baik Anggito dan Suminto tidak mau memberikan pernyataan. Para wartawan hanya menerima senyuman.

Sebelumnya, Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Bank investasi asal AS itu juga menurunkan peringkat surat obligasi negara bertenor 10 tahun sampai 20 tahun menjadi neutral, setelah sebelumnya obligasi tersebut merupakan yang paling disukai pasar.

Risiko fiskal Indonesia menjadi alasan utama bank raksasa tersebut menurunkan proyeksinya atas pasar modal Indonesia. Terdapat kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan pelemahan ekonomi domestik setelah Presiden Prabowo Subianto mengumumkan serangkaian kebijakan, mulai dari program makan bergizi gratis, peluncuran BPI Danantara, hingga rencana penerbitan SBN Perumahan untuk program 3 juta rumah.

Alhasil, Goldman Sachs memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 mencapai 2,9%. Proyeksi itu lebih lebar dari target pemerintah, yakni defisit 2,53%.

Proyeksi 2,9% dari Goldman Sachs mendekati batas maksimal defisit APBN yang ditetapkan pemerintah, yakni 3%.

Dalam sepuluh tahun terakhir, defisit APBN melebihi 3% hanya pada saat pandemi Covid-19, yakni 2020 dan 2021. Pemerintah menetapkan pengecualian karena tingginya kebutuhan belanja negara untuk penanganan pandemi, ketika penerimaan negara berkurang drastis karena perekonomian terganggu.

Defisit APBN pada 2020 tercatat mencapai 6,09%, lalu pada 2021 defisit menjadi 4,65%. Selain dua tahun itu, defisit APBN tercatat selalu berada di bawah 3%.

Meskipun demikian, dalam satu dekade terakhir defisit APBN tidak pernah mendekati 2,9% seperti yang diperkirakan Goldman Sachs. Catatan defisit terlebar terjadi pada 2015, yakni mencapai 2,59%.

Goldman Sachs menilai pasar saham Indonesia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh sejumlah faktor. Terdapat kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik yang telah membuat investor lari dari pasar.

Bahkan pada akhir bulan lalu, Morgan Stanley sudah lebih dulu memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.

Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.

Seiring dengan penurunan peringkat pasar saham oleh Goldman Sachs serta Morgan Stanley, IHSG sendiri saat ini masih berkinerja lesu. IHSG ditutup turun 0,79% ke level 6.545,85 pada perdagangan hari ini, Selasa (11/3/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper