Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) buka suara terkait hengkangnya LG Energy Solution dalam proyek besar ekosistem rantai pasok baterai di Indonesia. Hal ini dikarenakan negosiasi yang alot selama 5 tahun.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslani mengatakan pemerintah tidak ingin proyek baterai tersebut berjalan lambat sehingga Indonesia mengeluarkan surat untuk LG agar mundur dari proyek tersebut.
"Memang untuk proyek sebesar ini tentunya negosiasi lama dan kita melihat kita ingin investasi ini berjalan oleh karena itu proyek itu tetap berjalan dan digantikan partner lain," ujar Rosan dalam keterangan pers, Rabu (23/4/2025).
Rosan menerangkan bahwa proyek Joint Venture (JV) LG memiliki nilai investasi senilai US$9,8 miliar untuk ekosistem dari mulai pertambangan, pengolahan nickel matte, nikel sulfur, prekursor, katoda, anoda, battery cells, cells pack, hingga recycle battery.
Namun, mundurnya LG tidak akan mempengaruhi proyek grand package yang menaungi berbagai konsorsium. Untuk proyek tersebut saat ini sudah berjalan dengan investasi yang telah dikeluarkan senilai US$1,15 miliar.
"Pihak dari LG pun berkomitmen tetap berinvestasi di bidang lain maupun di bidang sama," tuturnya.
Baca Juga
Rosan menerangkan bahwa mundurnya LG bukan dikarenakan keinginan dari perusahaan tersebut, namun keputusan dari pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Tetapi di tengah tensi geoppolitik yang meningkat alhamdulilah kita masih mencapai target investasi, walaupun ada berita mengenai LG," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, kabar mundurnya LG dari Proyek Titan pertama kali diungkapkan oleh Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo di Jakarta, Kamis (17/4/2025).
Dilo tidak secara spesifik menjelaskan alasan LG tidak melanjutkan rencana investasinya. Dia hanya menyebut, terdapat banyak faktor yang membuat negosiasi dengan LG tidak mencapai kesepakatan.
Dengan hengkangnya LG, Dilo mengungkapkan bahwa pihaknya akan mencari mitra investor baru. Dia menyebut, ada inisiatif untuk menawarkan investasi baterai kepada perusahaan AS.
Hal tersebut sebagai bagian dari paket negosiasi dalam merespons kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Pasalnya, Indonesia diganjar tarif impor resiprokal sebesar 32% oleh Trump lantaran menjadi salah satu penyumbang defisit perdagangan dengan AS.
"Proyek Titan ini kan enggak jadi. Nah, sekarang salah satunya itu yang kita tawarin, sebagai bagian daripada advokasi regulasinya kita negosiasi sama Amerika, kalau mereka mau," ungkap Dilo.