Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai pergerakan nilai tukar rupiah yang volatil beberapa waktu terakhir terpengaruh oleh sentimen pasar akibat revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede tidak menampik memang rupiah tengah bergerak menguat, tetapi masih menjadi yang terlemah jika dibandingkan dengan nilai tukar lainnya di Asia terhadap dolar AS.
“Kita perlu pahami bahwa sentimen negatif ini juga dipengaruhi oleh ekspektasi perlambatan ekonomi Indonesia tahun ini,” ujarnya dalam PIER Q1 2025 Economic Review & Media Gathering di kantor Permata Bank, Rabu (14/5/2025).
Dalam proyeksinya, pertumbuhan ekonomi 2025 akan berada di rentang 4,5% hingga 5% secara tahunan (year on year/YoY). Lebih rendah dari proyeksi awal yang sebesar 5,11%.
Josua menjelaskan bahwa prediksi ekonomi menjadi pertimbangan investor sebelum masuk ke pasar saham karena berdampak pada pendapatan perusahaan.
Melihat ketidakpastian global akibat perang dagang yang sedang berlangsung akan menekan laju investasi dan konsumsi domestik.
Baca Juga
Lebih lanjut, adanya perang dagang tersebut juga akan mempengaruhi pertumbuhan sektoral, meskipun dampaknya akan bervariasi.
Terlebih, sejumlah lembaga internasional turut memangkas proyeksi ekonomi Indonesia 2025 ke bawah 5%. Semakin jauh dari target pemerintah yang sebesar 5,2%.
Sebut saja Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia dari proyeksi awal 5,1% menjadi 4,7% pada 2025. Hal tersebut sejalan dengan pemangkasan ekonomi global ke level 2,8%.
Pada kesempatan yang sama, Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank Faisal Rachman menyampaikan ke depannya rupiah diprediksi mampu tumbuh lebih kuat yang ditopang dengan kestabilan cadangan devisa.
Meskipun pada April 2025 cadangan devisa terpangkas US$4,6 miliar, Faisal meyakini jumlah tabungan valas tersebut akan kembali naik pada semester kedua nanti seiring dengan kebutuhan dolar yang termoderasi.
“Ini memang memberikan kabar baik bahwa kemungkinan besar memang rupiah itu cenderung trennya masih bisa mengalami penguatan ke depannya,” ujarnya.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,29% atau 48,5 poin ke level Rp16.578,5 per dolar AS pada hari ini, Rabu (14/5/2025). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,06% ke level 100,93.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,15%, dolar Taiwan menguat 0,28%, won Korea Selatan menguat 0,18%.Lalu, peso Filipina menguat 0,06%, rupee India menguat 0,05%, serta ringgit Malaysia menguat 0,33%.