Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjalin kerja sama dengan Australia dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Bahlil mengatakan bahwa kolaborasi ini difokuskan pada pengolahan lithium, salah satu komponen utama baterai yang belum dimiliki Indonesia secara alami.
“Bicara soal critical mineral. Kita kan bangun ekosistem baterai mobil. Kebetulan kita mempunyai nikel, kobalt, mangan. Yang tidak kita punya itu kan lithium dan tadi dalam pembicaraan kita, bahwa ada kolaborasi nanti, mereka akan kirim konsentrat lithium di sini dan nanti di sini yang akan mengolah. Jadi akan langsung terintegrasi dengan pabrik ekosistem daripada baterai mobil,” kata Bahlil kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Kerja sama tersebut dinilai strategis karena akan memperkuat rantai pasok industri baterai dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Saat ini, kata Bahlil Indonesia mengimpor sekitar 80.000 ton lithium, dan dengan hadirnya pengolahan di dalam negeri, volume impor itu diharapkan bisa ditekan.
Oleh sebab itu, menurutnya, langkah ini sekaligus menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam mempercepat transisi energi dan memperkuat posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik global.
Baca Juga
“Kalau itu kita lakukan di negara kita, maka itu akan menjadi substitusi impor, karena memang kita lagi butuh lithium,” pungkas Bahlil.
Untuk diketahui, sejumlah peluang kerja sama antara Indonesia dan Australia dibahas dalam pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/5/2025). Dalam pertemuan dibahas potensi kerja sama di berbagai sektor seperti ekonomi, energi, hingga pertahanan dan keamanan.