Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi berada di level 4,92% pada kuartal II/2025 seiring dengan tingkat konsumsi dan Investasi yang cenderung stabil.
Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina mengatakan, salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2025 adalah mulai dibukanya blokir anggaran oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Salah satu drivernya adalah belanja pemerintah, karena spending sudah di-unlock. Ini bisa mendukung akselerasi belanja pemerintah ke depan dan menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” jelas Dian dalam media briefing secara virtual pada Senin (19/5/2025).
Dian melanjutkan, faktor pendorong pertumbuhan lainnya adalah tingkat konsumsi rumah tangga yang diprediksi tumbuh stabil. Meski demikian, dia menyebut konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2025 akan mengalami normalisasi setelah momentum Ramadan dan Lebaran yang terjadi pada kuartal I/2025 lalu.
Selain itu, Bank Mandiri juga melihat adanya ruang pelonggaran kebijakan baik dari sisi moneter maupun fiskal. Dian menuturkan, Bank Mandiri melihat ada potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) yang dipacu oleh penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Selain dari sisi moneter, pemerintah juga dinilai akan mulai melonggarkan kebijakan fiskal untuk mendorong ekonomi domestik di sisa 2025. Dian mengatakan, dari sisi anggaran, Indonesia masih relatif on track seiring dengan defisit fiskal per Maret 2025 yang cenderung kecil.
Baca Juga
"Tetapi, kita juga melihat memang ada beberapa resiko terkait penerimaan terutama karena dengan adanya penerapan tarif Trump,” tambah Dian.
Namun, dia menyebut, negosiasi tarif oleh pemerintah Indonesia dengan AS diharapkan dapat berjalan lancar, guna meningkatkan kinerja perdagangan nasional. Dengan kondisi tersebut, Bank Mandiri memproyeksikan, ekonomi Indonesia akan tumbuh di level 4,9% sepanjang 2025.
“Pertumbuhan ekonomi tahun ini kami masih melihat bisa tumbuh ke 4,9%. Ada limited impact terhadap overall ekonomi dengan berbagai gejolak eksternal yang terjadi," jelasnya.