Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) diyakini akan kesulitan mencapai kesepakatan dagang komprehensif dengan para mitranya ditengah penundaan pemberlakuan tarif impor selama 90 hari.
Chief Economist DBS Group Research, Taimur Baig menyebut, dirinya pesimistis bahwa AS akan mampu menyelesaikan perjanjian dagang yang optimal dengan mitra-mitranya sebelum tenggat penundaan selama 90 hari berakhir. Pasalnya, proses penyelesaian sebuah perjanjian dagang umumnya memerlukan waktu tahunan.
Dia mencontohkan, penyelesaian perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement) umumnya membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 5 tahun. Bahkan setelah pengumuman penyelesaian itu, pihak-pihak terkait butuh waktu setidaknya 1 tahun untuk mengimplementasikan poin-poin dari perjanjian yang ada.
"Tidak ada cukup waktu untuk melakukan negosiasi antarnegara. Itu tidak akan terjadi. Saya rasa pemerintah AS sendiri mulai menyadari betapa rumitnya menandatangani perjanjian semacam ini," jelas Baig dalam media briefing di Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Menurut Baig, saat ini AS tengah mencoba hal yang tidak mungkin dilakukan, yaitu mengubah peraturan perdagangan terhadap ratusan negara dalam waktu yang singkat.
Baig memprediksi, AS akan kembali mengumumkan pengenaan sejumlah tarif impor setelah masa jeda selama 90 hari berakhir. Hal tersebut kemudian akan kembali meningkatkan ketidakpastian pasar yang akan kembali mengganggu perekonomian global.
Baca Juga
"Melihat keadaan negosiasi AS dan negara-negara lain di dunia, kami melihat seperti pada 2 April lalu, AS mungkin akan melakukan hal yang sama lagi (mengumumkan pemberlakuan tarif impor)," ujar Baig.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent menyebut Presiden Donald Trump akan mengenakan tarif impor tinggi kepada mitra dagang yang tidak bernegosiasi dengan itikad baik, yakni pada tingkat tarif yang ditetapkan bulan lalu.
Bessent tidak mengatakan apa yang dimaksud dengan negosiasi itikad baik atau menjelaskan waktu untuk mengumumkan keputusan apa pun untuk mengembalikan suatu negara ke berbagai tarif, yang awalnya diberlakukan Trump pada 2 April 2025.
Bessent mengatakan bahwa pemerintahannya berfokus pada 18 hubungan dagang terpentingnya dan bahwa waktu kesepakatan apa pun juga akan bergantung pada apakah negara-negara bernegosiasi dengan itikad baik, dengan surat akan dikirimkan kepada mereka yang tidak melakukannya.
"Ini berarti mereka tidak bernegosiasi dengan itikad baik. Mereka akan menerima surat yang mengatakan, 'Ini tarifnya.' Jadi saya berharap semua orang akan datang dan bernegosiasi dengan itikad baik," katanya dikutip dari Reuters.