Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terancam Krisis Pasokan Gas, Indonesia Butuh Investasi US$50 Miliar

Target ambisius pemerintah untuk memproduksi 1 juta bph dan 12 bcfd pada 2030 terancam gagal akibat penurunan pasokan gas domestik.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia berpotensi menghadapi kekurangan pasokan gas untuk kebutuhan domestik dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini diungkapkan oleh analisis terbaru dari lembaga riset energi global, Wood Mackenzie.

Berdasarkan laporan yang dirilis 21 Mei 2025, Wood Mackenzie (Woodmac) menyoroti bahwa target ambisius Indonesia untuk memproduksi 1 juta barel minyak per hari (bph) dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (bcfd) pada 2030 terancam gagal akibat penurunan pasokan gas domestik. 

Mengacu hal tersebut, Woodmac menyarankan pemerintah Indonesia untuk segera menerapkan kebijakan yang jelas, konsisten, dan jangka panjang guna menarik investasi.

Wakil Ketua Wood Mackenzie untuk Asia Pasifik, Joshua Ngu, menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi permintaan gas saat ini, namun perlu merencanakan masa depan. 

"Penurunan pasokan gas domestik akibat penipisan ladang yang ada tetap menjadi perhatian utama," ujar Ngu, dalam keterangan resmi, dikutip Bisnis, Jumat (23/5/2025). 

Ngu menekankan perlunya kebijakan investasi yang menarik untuk mendukung penemuan dan pengembangan cepat sumber daya baru. Tujuannya adalah untuk mencegah krisis gas domestik dan mempertahankan posisi Indonesia sebagai pemasok gas internasional.

Woodmac juga memproyeksikan permintaan gas Indonesia, termasuk ekspor yang telah dikontrak, akan stabil di sekitar 6 miliar kaki kubik per hari hingga 2035. 

Namun, tanpa pengembangan pasokan baru, Indonesia bisa menghadapi defisit gas pada 2033. Jika ini terjadi, Indonesia akan semakin bergantung pada impor gas alam cair atau LNG dengan biaya yang lebih tinggi. 

Alternatif lain, Indonesia mungkin akan semakin mengandalkan batu bara berbiaya rendah, yang bersaing dengan gas di sektor kelistrikan meskipun memiliki kelemahan emisi. 

Woodmac menyatakan bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber daya gas untuk dikembangkan. Lebih dari 35 triliun kaki kubik (Tcf) sumber daya ditemukan di ladang Abadi, Geng North, Tangkulo, dan Layaran. 

Indonesia Butuh Investasi US$50 Miliar

Untuk mencapai target produksi 12 bcfd pada 2030, Indonesia membutuhkan investasi sebesar US$50 miliar untuk mengembangkan sumber daya tersebut dan lainnya. 

Andrew Harwood, Wakil Presiden Riset Korporat, Hulu & Manajemen Karbon di Wood Mackenzie, menambahkan bahwa pengembangan ladang gas baru membutuhkan waktu dan investasi, terutama untuk penemuan besar yang jauh dari infrastruktur dan pusat permintaan yang ada. 

"Lingkungan bisnis yang ramah dapat mempercepat jadwal untuk menghadirkan pasokan gas baru," kata Harwood.

Untuk mencegah krisis gas, Woodmac merekomendasikan Indonesia untuk fokus pada monetisasi cepat sumber daya yang belum dikembangkan dan terus menarik investasi untuk eksplorasi. 

Harwood mengatakan Indonesia perlu memastikan jaminan regulasi untuk memastikan jaminan kontrak yang mendukung dan menghormati keputusan investasi akhir. 

Selain itu, pemerintah Indonesia diharapkan menetapkan harga gas yang adaptif. Hal ini dapat mendorong investasi berdasarkan proyek per proyek, yang mencerminkan kebutuhan pembeli dan risiko serta komitmen yang diambil oleh produsen.

Selanjutnya, pemerintah perlu memberikan fleksibilitas bagi pengembang. Menurutnya, pembeli menghormati perjanjian take-or-pay jangka panjang, dan pengembang dapat menjual kepada pihak lain di dalam negeri atau internasional jika pembeli tidak dapat menerima volume offtake.

Di sisi lain, Indonesia juga harus menerapkan kebijakan dan insentif yang tepat untuk tetap kompetitif dalam portofolio internasional dan mempertahankan daya tarik investasi untuk eksplorasi. 

Aruna Mannie, Direktur Konsultan, Hulu & Manajemen Karbon di Wood Mackenzie, mengatakan banyak pemain internasional telah beroperasi di Indonesia dan memiliki akses ke modal serta keahlian teknis yang dibutuhkan untuk proyek infrastruktur dan pengembangan skala besar.

"Dengan memastikan jaminan regulasi, harga gas yang adaptif, dan fleksibilitas bagi pengembang, Indonesia dapat mengamankan masa depan gas yang kuat dan mencegah krisis gas domestik," tambahnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper