Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janji Manis Perdagangan Bebas RI-Uni Eropa (IEU-CEPA)

IEU-CEPA diyakini akan menjadi pintu masuk besar bagi produk ekspor unggulan RI untuk masuk ke pasar Uni Eropa dengan tarif 0%.
Afiffah Rahmah Nurdifa, Rika Anggraeni, Lorenzo Anugrah Mahardhika
Selasa, 15 Juli 2025 | 08:30
Presiden Prabowo Subianto (kiri) bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada pertemuan di Gedung Berlaymont, Brussel, Belgia, Minggu (13/7/2025). Bisnis/Tim Media Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto (kiri) bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada pertemuan di Gedung Berlaymont, Brussel, Belgia, Minggu (13/7/2025). Bisnis/Tim Media Prabowo Subianto

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah melalui 19 putaran perundingan selama lebih dari satu dekade, Indonesia dan Uni Eropa akhirnya mencapai kesepakatan menyelesaikan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa atau IEU-CEPA.

Kesepakatan tersebut diyakini akan menjadi pintu masuk besar bagi produk ekspor unggulan RI seperti kelapa sawit, kopi, kakao, tekstil, hingga otomotif, untuk masuk ke pasar Uni Eropa dengan tarif 0%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan seluruh pokok pembahasan IEU-CEPA telah rampung.

“IEU—CEPA ini kita sudah berunding masuk tahun ke-10, lebih dari 19 putaran. Namun seluruh isunya akan selesai dan ini tentu merupakan sebuah milestone baru di tengah situasi ketidakpastian,” kata Airlangga dalam keterangan pers dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (13/7/2025).

Presiden RI Prabowo Subianto turut menyampaikan bahwa IEU-CEPA membuka peluang bagi penghapusan tarif impor secara menyeluruh untuk produk kedua belah pihak. Meski begitu, ia menekankan proses ratifikasi tetap akan memakan waktu karena memerlukan harmonisasi lintas sektor.

"Ini sebetulnya nanti adalah menjadi free trade agreement. Hampir semua tarif kita sudah selesai, hampir semuanya 0% di antara kita," ujarnya di Brussel, Belgia, Minggu (13/7/2025). 

Presiden ke-8 RI itu menyebut Uni Eropa adalah pasar yang sangat besar. Dengan penduduk 460 juta lebih, total PDB blok negara-negara Eropa itu dan perdagangannya juga sangat besar.

Adapun sebelum IEU-CEPA, produk Indonesia ke Uni Eropa masih dikenakan tarif yang bervariasi, tergantung pada kebijakan masing-masing negara anggota.

Untuk produk pertanian dan pangan, tarif impor yang dikenakan Uni Eropa berada di kisaran 10% hingga 20%. Sementara itu, barang-barang manufaktur seperti tekstil dan alas kaki dikenakan bea masuk antara 5% hingga 15%. Adapun produk dari sektor industri berat dan kimia, tarifnya dapat mencapai 10%.

Peluang Makin Besar

Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa IEU-CEPA akan membuka akses pasar lebih luas untuk produk unggulan RI seperti kelapa sawit, kopi, dan kakao. Ketiganya selama ini menghadapi hambatan tarif dan nontarif di Eropa.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin mengatakan secara umum, IEU-CEPA membuka peluang besar untuk komoditas ekspor Indonesia ke pasar Uni Eropa.

“Komoditas seperti kelapa sawit, kopi, kakao, dan produk kayu serta produk manufaktur seperti tekstil, alas kaki, dan perikanan memiliki potensi besar di pasar EU,” kata Rusmin kepada Bisnis, Senin (14/7/2025).

Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Ariyo Irhamna mengatakan, produk yang berpotensi besar terserap di pasar Eropa yakni tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, furnitur, perikanan hingga otomotif. 

“IEU-CEPA bisa memberi tarif preferensial yang tidak tersedia dalam hubungan dagang Indonesia-AS sehingga bisa menjadi penyeimbang kehilangan pasar AS akibat tarif Trump,” kata Ariyo kepada Bisnis, Senin (14/7/2025). 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menuturkan, dari berbagai sektor komoditas, sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) diprediksi akan paling diuntungkan secara langsung oleh implementasi IEU-CEPA. 

Menurutnya, hal ini karena IEU-CEPA akan menghapuskan tarif pada produk TPT Indonesia ke Uni Eropa. Dia menuturkan, pada 2024, nilai impor Uni Eropa dari Indonesia di sektor alas kaki mencapai US$1,73 miliar, pakaian nonrajut US$617,9 juta, dan pakaian rajut US$399,19 juta. 

"Namun, untuk dapat benar-benar meraih manfaat tersebut, industri tekstil Indonesia harus memenuhi standar keberlanjutan yang ketat dari Uni Eropa, yang menjadi prasyarat mutlak untuk akses pasar," jelasnya saat dihubungi, Senin (14/7/2025).

Sebaliknya, sektor yang paling rentan Menurut Josua adalah komoditas berbasis sumber daya alam seperti kelapa sawit, kayu, dan kakao. Dia mengatakan, selama ini komoditas-komoditas tersebut menghadapi tantangan besar dari regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR).

Josua menuturkan, regulasi ini menegaskan bahwa produk yang masuk ke pasar Uni Eropa tidak boleh berasal dari kawasan yang mengalami deforestasi.

Meskipun IEU-CEPA berpotensi memberi kemudahan akses tarif, Josua menilai komoditas-komoditas ini tetap harus melewati tantangan yang tinggi dalam aspek compliance terhadap standar lingkungan Uni Eropa, termasuk dalam verifikasi deforestasi.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper