Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aluminium Kena Tarif Trump 50%, Inalum Minta Penguatan Pasar Domestik

Inalum meminta pemerintah untuk memperkuat pangsa pasar industri aluminium dan turunannya di dalam negeri guna mengantisipasi penerapan tarif Trump.
Pekerja beraktivitas di smelter aluminium PT Inalum di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Rabu (18/10/2023)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pekerja beraktivitas di smelter aluminium PT Inalum di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Rabu (18/10/2023)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) meminta pemerintah untuk memperkuat pangsa pasar industri aluminium dan turunannya di dalam negeri guna mengantisipasi penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). 

Adapun, Presiden AS Donald Trump berencana menaikkan tarif bea masuk produk alumunium menjadi 50%. Meskipun rencana tersebut belum diimplementasikan, sentimennya membuat industri pengguna terdampak. 

Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan, pihaknya meminta pemerintah untuk mengupayakan penguatan pasar domestik lewat tata niaga impor aluminium.

"Kemudian kita minta dukungan regulasi importasi untuk mendorong penguatan penyerapan produk dalam negeri pascapenerapan tarif trump," kata Melati dalam rapat dengar pendapat Komisi XII DPR RI, Rabu (16/7/2025). 

Bagi Inalum, tarif Trump tidak berpengaruh signifikan. Namun, industri pengguna ingot aluminium berpotensi kehilangan pasar hingga 30.000 ton produk jadi aluminium. 

Dalam hal ini, pihaknya berharap industri pengguna ingot alumunium dari Inalum saat ini dapat mengalihkan produknya dari AS ke dalam negeri. 

"Karena memang kita itu buatkan aslinya produk-produk semi finished. Nah, produk kita itu kemudian dibeli oleh indsutri nasional kemudian mereka membuat produksi jadi," tuturnya. 

Adapun, Melati sempat memberikan gambaran bahwa ekspor Inalum ke AS hanya berkisar 1.600 ton per tahun dari total realisasi ekspor 75.000 ton pada tahun lalu. 

Namun, dia tak memungkiri bahwa sejumlah customer Inalum banyak yang mengekspor ke Amerika hingga 30.000 ton per tahun. Kendati demikian, pasar ke AS tetap dinilai tak begitu besar dibandingkan ke negara-negara Asia Timur, seperti Korea dan Jepang, hingga Eropa termasuk Prancis dan Spanyol.

"Jadi harapan kami dengan penggalakan regulasi importasi ini mungkin bisa membantu para produser hilir ini bisa mendapatkan pasar pengganti di dalam negeri at least sepadan dengan angka yang hilang dari penerapan tarif Trump ini," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper