Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Danantara Ingin PLN Jaga Performa Kinerja Keuangan

Danantara berharap PLN menjaga keberlanjutan kinerja keuangan untuk mendukung transisi energi.
Gedung PLN Kantor Pusat di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan./Dok. PLN
Gedung PLN Kantor Pusat di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan./Dok. PLN

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) berharap PLN memiliki kinerja keuangan yang berkelanjutan. 

Chief Investment Officer Danantara, Pandu Patria Sjahrir, dalam mendorong ketahanan energi nasional dan transisi energi, keberlanjutan sektor ketenagalistrikan jadi prioritas utama. 

Untuk itu, lanjutnya penguatan kinerja keuangan PLN perlu terus dilakukan. Namun, ia juga mengakui peran ganda perusahaan listrik negara ini sebagai offtaker (pembeli listrik) yang perlu diperhatikan. 

"Kita harus jelas bagaimana untuk selalu sustain di sini. Jangan sampai lucu, saya sebagai pemegang saham, juga sebagai developer, offtaker-nya juga ke diri saya sendiri," jelasnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan semester I/2025, PT PLN (persero) membukukan laba periode berjalan senilai Rp6,64 triliun sepanjang semester I/2025.  Perolehan laba tersebut melesat 32,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5 triliun. 

Peningkatan laba seiring dengan naiknya pendapatan yang dibukukan perseroan. Pendapatan PLN mencapai Rp281,89 triliun per Juni 2025. 

Adapun terkait investasi sektor kelistrikan, lanjut Pandu, merupakan sektor padat modal dan padat karya. Saat ini, tugas pemerintah adalah mendorong "crowding in" atau partisipasi sektor swasta lainnya, termasuk investor asing dalam meningkatkan investasi kelistrikan nasional.

"Biar other private sector ikut masuk dan foreign sector juga bisa ikut masuk," tegasnya.

Sebagai gambaran investasi ketenagalistrikan, saat ini sudah ada RUPTL PLN 2025 - 2034. Pandu pun optimistis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025 - 2034 dapat menjadi panduan investasi di sektor ketenagalistrikan. 

"Banyak pihak swasta ingin melakukan [investasi] A, B, dan mereka bisa memberikan input kepada PLN," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengamini bahwa investor menginginkan perencanaan ketenagalistrikan jangka panjang yang jelas. "RUPTL itu pasti akan selalu dinamis, setiap periode akan ada tambahan dan pengurangan sesuai dengan perkembangan zaman," tambahnya.

Terpisah, PT PLN (Persero) berhasil menembus daftar Fortune Global 500 tahun 2025 dan menempati peringkat ke-469 dunia, didorong oleh pendapatan sebesar Rp545,4 triliun sepanjang 2024 atau tumbuh 11,9% dibanding tahun sebelumnya. 

Capaian ini menempatkan PLN sebagai satu-satunya perusahaan utilitas asal Indonesia yang masuk dalam daftar korporasi terbesar global.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebut keberhasilan ini sebagai hasil dari konsistensi dan ketangguhan perusahaan dalam memperkuat daya saing di kancah internasional.

Ini bukan hanya pengakuan terhadap skala usaha kami, tetapi juga terhadap daya saing dan ketahanan bisnis PLN dalam menjawab dinamika global,” ujar Darmawan, dalam keterangan tertulis.

Ia menjelaskan, peningkatan pendapatan PLN didorong oleh volume penjualan listrik yang mencapai 306,22 terawatt hour (TWh) sepanjang 2024, naik 6,17% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Konsumsi tenaga listrik tersebut setara dengan Rp353,17 triliun.

Penjualan listrik didominasi oleh sektor rumah tangga sebesar 43%, disusul sektor industri 30%, sektor bisnis 19%, dan sektor lainnya 8%. Konsumsi listrik rumah tangga tercatat tumbuh 6,62% menjadi 130,43 TWh, sementara konsumsi sektor industri meningkat 4,17% menjadi 92,28 TWh.

“Capaian ini tak lepas dari dukungan penuh Pemerintah dalam menciptakan iklim investasi dan kebijakan energi yang kondusif, serta kepercayaan masyarakat yang terus mendorong kami untuk memberikan pelayanan terbaik,” kata Darmawan.

Darmawan menambahkan bahwa kinerja keuangan PLN juga ditopang oleh efisiensi biaya dan optimalisasi portofolio bisnis yang adaptif terhadap dinamika pasar global.

“Kami menerapkan efisiensi menyeluruh tanpa mengurangi kualitas layanan. Melalui digitalisasi sistem, penguatan struktur keuangan, dan inovasi layanan pelanggan, kami berhasil meningkatkan produktivitas sekaligus menekan beban operasional,” tambahnya.

Selain pertumbuhan pendapatan, kesehatan keuangan PLN juga tercermin dari membaiknya Debt to Equity Ratio (DER) menjadi 38,02%, sementara Consolidated Interest Coverage Ratio (CICR) meningkat menjadi 3,71 kali pada 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro