Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 di luar ekspektasi ekonom. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa ekonomi tumbuh 5,12% jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi di angka 4,8%.
Sektor manufaktur tercatat sebagai penggerak utama ekonomi kuartal II/2025 dengan kontribusinya ke produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 18,67%. Meski merangkak naik dibandingkan dengan kuartal II tahun 2022, 2023, dan 2024.
Namun demikian, kontribusi sektor manufaktur masih terjebak di angka 18%. Masih jauh dibanding kuartal II 2021 yang mencapai 19,29% atau masa sebelum pandemi pada kuartal II/2018 dan 2019 yang masing-masing sebanyak 19,8% dan 19,52%.
Volatilitas kontribusi sektor manufaktur ke PDB itu menunjukkan bahwa kinerja industri di Indonesia masih belum pulih seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal berbeda justru ditunjukkan oleh sektor pertanian yang tercatat rebound ke level 13% setelah tiga tahun sebelumnya kontribusinya tertahan di angka 12%-an.
Sektor pertambangan, menjadi catatan tersendiri. Kontribusi sektor pertambangan kepada PDB sangat ditentukan oleh naik turunnya harga komoditas. Kalau merujuk kepada data terbaru kuartal II/2025, kontribusi sektor tambang ke perekonomian hanya sebesar 8,59%. Angka ini merupakan yang terendah sejak kuartal II/2022 yang pada waktu itu masih mampu berkontribusi di angka 13,06%.
Tren penurunan kontribusi sektor pertambangan itu terjadi imbas moderasi harga komoditas. Setelah melonjak di angka 13,06%, kontribusi sektor pertambangan anjlok secara sporadis menjadi 10,48% pada kuartal II/2023 dan 8,78% hingga 8,59% di kuartal yang sama dua tahun kemudian.
Baca Juga
Adapun untuk sektor perdagangan kontribusinya bertahan di kisaran angka 12,71% hingga 13,08% pada kuartal II lima tahun terakhir. Sedangkan konstruksi cenderung naik turun di kisaran 9 - 10%.
Tabel 5 Sektor Pendongkrak PDB Kuartal II 2021-2025 (%)
Sektor | 2021 | 2022 | 2023 | 2024 | 2025 |
Manufaktur | 19,29 | 17,84 | 18,25 | 18,52 | 18,67 |
Pertanian | 14,29 | 12,98 | 13,35 | 13,78 | 13,83 |
Perdagangan | 13,08 | 12,71 | 12,85 | 12,99 | 13,02 |
Konstruksi | 10,12 | 9,14 | 9,43 | 9,63 | 9,48 |
Pertambangan | 8,09 | 13,06 | 10,48 | 8,78 | 8,59 |
Meleset dari Konsesus
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal mencapai 5,12%. Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut di atas ekspektasi sejumlah ekonom yang sebelumnya meramal ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,8%.
Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, menjelaskan bahwa produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal II/2025 mencapai Rp5.947 triliun. Lalu, PDB atas harga konstan mencapai Rp3.396,3 triliun.
"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II/2025 bila dibandingkan dengan triwulan II/2024 atau secara YoY tumbuh sebesar 5,12%," ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Sebelumnya, proyeksi dari 30 ekonom maupun lembaga yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, median atau nilai tengah pertumbuhan PDB kuartal II/2025 diperkirakan 4,8% (YoY). Estimasi tertinggi yakni pertumbuhan hingga 5% sedangkan terendah 4,6%.
Proyeksi pertumbuhan tertinggi yakni 5% diramalkan oleh Gareth Leather dari Capital Economics, Ltd. dan Enrico Tanuwidjaja dari PT Bank UOB Indonesia, sedangkan terendah oleh Moody's Analytics Singapore, Jeemin Bang sebesar 4,6%.
Bank-bank BUMN seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan pertumbuhan sebesar 4,79% atau setara dengan nilai rata-rata konsensus para ekonom tersebut. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) meramalkan pertumbuhan lebih tinggi 4,9%.
Apabila merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan yang diproyeksikan April-Juni 2025 merupakan yang terendah setelah empat tahun lamanya. Pertumbuhan PDB kuartal II/2024 sebelumnya sebesar 5,05% YoY.
Pada 2023 dan 2022, pertumbuhan di kuartal II juga tercatat sebesar masing-masing 5,17% dan 5,46%. Pada kuartal I/2021, perekonomian RI sempat tumbuh hingga 7,07% YoY. Namun, pertumbuhan yang tinggi itu dipicu oleh low based effect dari saat 2020 ketika dunia dilanda pandemi Covid-19.
Pada kuartal II/2024, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB menurut pengeluaran masih berasal dari konsumsi rumah tangga yakni 54,53%. Namun, pertumbuhannya hanya 4,93% YoY.
Kontribusi terbesar lalu diikuti oleh investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 27,89%, ekspor 21,40%, konsumsi pemerintah 7,31%, konsumsi LNPRT 1,32% serta impor yang terkontraksi -19,88%.