Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

5 Sektor Penopang PDB Kuartal II/2025: Tambang Terjun Bebas, Manufaktur Stagnan 18%

Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% di Q2/2025, didukung sektor manufaktur 18,67% dan pertanian 13%. Sektor tambang turun ke 8,59% akibat harga komoditas.
Pembiayaan bank-bank global ke sektor batu bara menembus US$385 miliar dalam tiga tahun terakhir./Bloomberg
Pembiayaan bank-bank global ke sektor batu bara menembus US$385 miliar dalam tiga tahun terakhir./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 di luar ekspektasi ekonom. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa ekonomi tumbuh 5,12% jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi di angka 4,8%. 

Sektor manufaktur tercatat sebagai penggerak utama ekonomi kuartal II/2025 dengan kontribusinya ke produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 18,67%. Meski merangkak naik dibandingkan dengan kuartal II tahun 2022, 2023, dan 2024.

Namun demikian, kontribusi sektor manufaktur masih terjebak di angka 18%. Masih jauh dibanding kuartal II 2021 yang mencapai 19,29% atau masa sebelum pandemi pada kuartal II/2018 dan 2019 yang masing-masing sebanyak 19,8% dan 19,52%. 

Volatilitas kontribusi sektor manufaktur ke PDB itu menunjukkan bahwa kinerja industri di Indonesia masih belum pulih seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal berbeda justru ditunjukkan oleh sektor pertanian yang tercatat rebound ke level 13% setelah tiga tahun sebelumnya kontribusinya tertahan di angka 12%-an. 

Sektor pertambangan, menjadi catatan tersendiri. Kontribusi sektor pertambangan kepada PDB sangat ditentukan oleh naik turunnya harga komoditas. Kalau merujuk kepada data terbaru kuartal II/2025, kontribusi sektor tambang ke perekonomian hanya sebesar 8,59%. Angka ini merupakan yang terendah sejak kuartal II/2022 yang pada waktu itu masih mampu berkontribusi di angka 13,06%. 

Tren penurunan kontribusi sektor pertambangan itu terjadi imbas moderasi harga komoditas. Setelah melonjak di angka 13,06%, kontribusi sektor pertambangan anjlok secara sporadis menjadi 10,48% pada kuartal II/2023 dan 8,78% hingga 8,59% di kuartal yang sama dua tahun kemudian. 

Adapun untuk sektor perdagangan kontribusinya bertahan di kisaran angka 12,71% hingga 13,08% pada kuartal II lima tahun terakhir. Sedangkan konstruksi cenderung naik turun di kisaran 9 - 10%. 

Tabel 5 Sektor Pendongkrak PDB Kuartal II 2021-2025 (%)

Sektor  2021 2022 2023 2024 2025
Manufaktur 19,29 17,84 18,25 18,52 18,67
Pertanian  14,29 12,98 13,35 13,78 13,83
Perdagangan 13,08 12,71 12,85 12,99 13,02
Konstruksi 10,12 9,14 9,43 9,63 9,48
Pertambangan 8,09 13,06 10,48 8,78 8,59

Meleset dari Konsesus

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal mencapai 5,12%. Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut di atas ekspektasi sejumlah ekonom yang sebelumnya meramal ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,8%. 

Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS,  menjelaskan bahwa produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal II/2025 mencapai Rp5.947 triliun. Lalu, PDB atas harga konstan mencapai Rp3.396,3 triliun.

"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II/2025 bila dibandingkan dengan triwulan II/2024 atau secara YoY tumbuh sebesar 5,12%," ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Sebelumnya, proyeksi dari 30 ekonom maupun lembaga yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, median atau nilai tengah pertumbuhan PDB kuartal II/2025 diperkirakan 4,8% (YoY). Estimasi tertinggi yakni pertumbuhan hingga 5% sedangkan terendah 4,6%.

Proyeksi pertumbuhan tertinggi yakni 5% diramalkan oleh Gareth Leather dari Capital Economics, Ltd. dan Enrico Tanuwidjaja dari PT Bank UOB Indonesia, sedangkan terendah oleh Moody's Analytics Singapore, Jeemin Bang sebesar 4,6%. 

Bank-bank BUMN seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan pertumbuhan sebesar 4,79% atau setara dengan nilai rata-rata konsensus para ekonom tersebut. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) meramalkan pertumbuhan lebih tinggi 4,9%. 

Apabila merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan yang diproyeksikan April-Juni 2025 merupakan yang terendah setelah empat tahun lamanya. Pertumbuhan PDB kuartal II/2024 sebelumnya sebesar 5,05% YoY. 

Pada 2023 dan 2022, pertumbuhan di kuartal II juga tercatat sebesar masing-masing 5,17% dan 5,46%. Pada kuartal I/2021, perekonomian RI sempat tumbuh hingga 7,07% YoY. Namun, pertumbuhan yang tinggi itu dipicu oleh low based effect dari saat 2020 ketika dunia dilanda pandemi Covid-19. 

Pada kuartal II/2024, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB menurut pengeluaran masih berasal dari konsumsi rumah tangga yakni 54,53%. Namun, pertumbuhannya hanya 4,93% YoY. 

Kontribusi terbesar lalu diikuti oleh investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 27,89%, ekspor 21,40%, konsumsi pemerintah 7,31%, konsumsi LNPRT 1,32% serta impor yang terkontraksi -19,88%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Edi Suwiknyo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro