Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DEN Was-was Judol Ancam Ekonomi RI hingga Penurunan Kualitas SDM

DEN mengungkap judi online mengancam ekonomi RI, menurunkan PDB 0,3%, dan kualitas SDM. Solusi: edukasi agama dan regulasi ketat iklan judol.
Ilustrasi. Warga mengakses platform judi online di Jakarta. JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi. Warga mengakses platform judi online di Jakarta. JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Ringkasan Berita
  • Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mengungkapkan bahwa judi online dapat menggerus PDB Indonesia hingga 0,3% dan mengancam pertumbuhan ekonomi makro.
  • Fenomena judi online di Indonesia diperkirakan mencapai Rp51 triliun pada 2024, menyebabkan hilangnya potensi pajak Rp6,4 triliun dan penurunan belanja pendidikan sebesar 30% di keluarga pemain.
  • DEN menyoroti dampak sosial judi online, termasuk peningkatan risiko utang, KDRT, dan penurunan kualitas SDM, serta mengusulkan pendekatan agama dan integrasi edukasi bahaya judi dalam kurikulum sekolah.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mengungkap dampak judi online (judol) yang memicu tergerusnya produk domestik bruto (PDB) hingga mengancam pertumbuhan makro ekonomi. 

Data dari DEN menunjukkan aliran dana ke judol mencapai Rp51 triliun pada 2024, atau setara dengan 0,3% penurunan PDB. Adapun, potensi pajak yang hilang mencapai Rp6,4 triliun dan 30% penurunan belanja pendidikan di keluarga pemain judol. 

Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Firman Hidayat mengatakan fenomena judol yang mengambil alih konsumsi masyarakat sebesar Rp51 triliun pada 2024 merupakan bentuk puncak gunung es atas maraknya judol di Tanah Air. 

"Ini baru puncak gunung es. Dampak sosialnya lebih mengerikan," ujar Firman dalam keterangan tertulis, Selasa (5/8/2025).

Dalam hal ini, dia mencontohkan studi di Brazil yang kondisinya serupa ketika peningkatan pengeluaran judol berbanding lurus dengan penurunan belanja pendidikan dan kesehatan.  

Di negara tersebut, profil korban yakni pria paruh baya dari kelas menengah bawah. Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Adapun, data global menunjukkan 71% pemain judol di Indonesia berpenghasilan Rp5,1 juta/bulan. 

“Mereka umumnya pria berusia 30-50 tahun dari daerah kumuh, dengan kecenderungan 60% memiliki pikiran bunuh diri dan 16 kali lebih mungkin berutang, serta meningkatkan risiko KDRT 300% dari studi longitudinal AS,” jelasnya. 

Kondisi ini dinilai akan memberikan efek domino pada sumber daya manusia di Indonesia, sekaligus ancaman serius bagi visi Indonesia Emas 2045 yang mengandalkan kualitas SDM. 

Untuk itu, Anggota Perbanas Institute Fransiska Oei mengusulkan pendekatan agama harus ditempuh, seperti yang dilakukan di Malaysia untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas.

Tak hanya itu, dia juga mendorong pengembangan integrasi modul tentang bahaya judol dalam kurikulum sekolah dan menerapkan regulasi ketat iklan judol yang menyamar sebagai game online di berbagai platform sosial budaya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro