Bisnis.com, JAKARTA — Pakar menyoroti tren harga beras sepanjang 2025 yang terus mengalami kenaikan di tingkat konsumen. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tren di tahun lalu yang mengalami fluktuasi harga.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan tren harga beras pada tahun lalu mengalami fluktuasi. Menurutnya, harga beras di tingkat konsumen di tahun justru mengalami paradoks.
Berdasarkan catatan miliknya, Andreas mengungkap, harga beras naik pada Januari—Maret 2024. Namun, kenaikan harga beras di sepanjang periode itu merupakan hal yang wajar, lantaran musim panen baru terjadi pada April 2024.
Kemudian, sambung dia, harga beras mengalami tren menurun pada Maret—Juni 2024 dan selanjutnya kembali merangkak pada Agustus tahun lalu. Adapun hingga Desember 2024, sambung dia, tren harga beras kembali turun.
“Untuk tahun ini, tahun 2025 ini, tidak ada bulan di mana harga beras tidak naik. Naik terus. Dari Januari sampai detik ini harga beras naik terus. Berarti kan ada something wrong. Ada sesuatu yang salah,” kata Andreas dalam Diskusi Publik bertajuk Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional di Kantor Ombudsman, Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Andreas menilai harga beras yang masih merangkak sepanjang delapan bulan pertama 2025 disebabkan oleh penurunan produksi. “Apakah sesuatunya tersebut karena produksi turun? Ya enggak,” ujarnya.
Baca Juga
Terlebih, dia meyakini produksi beras dalam negeri akan naik 5%—7% pada 2025, mengingat catatan produksi beras pada 2024 merupakan angka terendah selama 20 tahun terakhir.
“Kita bandingkan dengan tahun lalu yang produksi beras kita itu terendah selama 20 tahun terakhir. Pada titik nadir. Kalau sudah pada titik nadir, maka bisanya ya naik. Enggak bisa lagi turun. Sehingga kenaikan kalau perkiraan saya sekitar 5% atau mungkin lebih sampai 6–7%,” tuturnya.
Di sisi lain, Andreas juga menyoroti ketersediaan beras untuk konsumsi di tahun ini merupakan angka terendah selama 3 tahun terakhir.
Dia menjelaskan, produksi beras dalam negeri pada 2023 mencapai 31,1 juta ton dan ditambah impor sebanyak 3,06 juta ton. Sehingga, ketersediaan beras untuk konsumsi sebanyak 34,16 juta ton pada 2023.
Kemudian pada 2024, lanjut dia, produksi beras turun menjadi 30,62 juta ton sehingga ketersediaan beras untuk konsumsi lebih tinggi dibanding 2023, atau menjadi 35,12 juta ton.
“Tapi tahun ini, kalau perhitungan saya yang betul, maka ketersediaan beras untuk konsumsi tahun ini terendah selama 3 tahun terakhir, menjadi hanya 33,9 juta ton,” imbuhnya.
Menurutnya, dengan ketersediaan beras untuk konsumsi itu akan berpengaruh pada harga ke depan.
Tren Harga Beras Naik
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap beras menjadi komoditas yang mengalami kenaikan harga di 200 kabupaten/kota pada pekan ketiga Agustus 2025.
Data BPS menunjukkan, tren kenaikan harga beras terjadi sepanjang Agustus 2025. Pada pekan kedua Agustus 2025, sebanyak 193 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga beras. Padahal sebelumnya atau pekan pertama Agustus 2025 sebanyak 191 kabupaten/kota.