Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERDAGANGAN PERIKANAN: Hadapi MEA, Indonesia Harus Efisien

Pemerintah dan berbagai pihak pemangku kepentingan terkait penting untuk mengefisienkan rantai perdagangan sektor kelautan dan perikanan dari tingkat regional hingga global dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti/Antara
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah dan berbagai pihak pemangku kepentingan terkait penting untuk mengefisienkan rantai perdagangan sektor kelautan dan perikanan dari tingkat regional hingga global dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

"Potong panjangnya rantai perdagangan ikan," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim, Senin.

Menurut Abdul Halim, dengan memotong rantai perdagangan dapat membuat kualitas ikan lebih segar dan juga harga lebih tinggi.

Berbagai langkah strategis tersebut, lanjutnya, penting untuk dilakukan terlebih jelang berlakunya kesepakatan dalam MEA.

Sekjen Kiara juga mengemukakan, dengan kehadiran negara, maka nelayan tradisional, perempuan nelayan, dan pembudidaya ikan kecil akan sanggup bersaing dengan pelaku ekonomi di bidang makanan laut lainnya.

Di tempat terpisah, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Sumatera Utara menyiapkan rembug nelayan untuk membuat program dalam penguatan sektor kemaritiman dan kesiapan nelayan dalam menghadapi MEA.

"Nelayan Sumut harus mempersiapkan diri dalam menyukseskan program pemerintah di sektor kemaritiman dan dalam menghadapi MEA," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut Syah Afandin di Medan, Senin (23/11).

Menurut Afandin, rembug yang akan dilaksanakan pada awal Desember tersebut membahas sejumlah masalah dan agenda di bidang kenelayanan di Sumut.

Kemudian, HNSI Sumut juga ingin menyikapi perkembangan regulasi yang dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menimbulkan polemik di kalangan nelayan.

Ia mencontohkan pemberlakuan Peraturan Menteri KKP Nomor 02 tahun 2015 tentang pukat hela yang menimbulkan pertentangan antara nelayan kecil dengan nelayan menengah dan besar.

Jika tidak disertai dengan penerapan yang bijaksana di lapangan, dikhawatirkan akan muncul peristiwa yang tidak diinginkan di antara nelayan.

Demikian juga kerusakan ekosistem laut akibat semakin sedikitnya persediaan tanaman bakau (mangrove) yang ditebang untuk kepentingan berbagai usaha.

Padahal, keberadaan hutan bakau tersebut sangat penting untuk mendukung kelestarian ekosistem di pinggiran laut yang menjadi lokasi penangkapan ikan bagi nelayan kecil.

"Disebabkan menggunakan kapal ukuran kecil, nelayan tradisional selama ini sepenuhnya berharap dari hasil tangkap di daerah pinggiran," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper