Bisnis.com, BRUSSELS - Uni Eropa menerapkan tarif antidumping pada impor baja asal China dan Rusia untuk lima tahun ke depan sebagai upaya melindungi industri dalam negerinya terhadap over kapasitas yang terjadi.
Tarif tersebut berkisar antara 19,7%-22,1% untuk impor dari China dan 18,7%-36,1% untuk baja dari Rusia. Adapun produk yang dikenai bea masuk anti dumping atau BMAD adalah cold rolled coil (CRC) yang digunakan untuk industri kemasan, otomotif, dan sektor konstruksi.
Pemberlakuan tersebut dilaksanakan sesaat setelah Uni Eropa menerapkan tarif pada baja rebar. Industri manufaktur di Eropa telah meneriakkan komplain terhadap baja China yang membanjiri negaranya dengan harga di bawah pasar.
Blok Uni Eropa telah menerapkan tarif pada Februari, tapi tarif baru tersebut jauh lebih tinggi.
Bahkan Amerika Serikat telah menerapkan BMAD bagi tujuh negara termasuk China hingga 265,79% pada Maret.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perekonomian Rusia Alexei Ulyukayev mengatakan pajak anti dumping tersebut merupakan pemaksaan.
"Menurut kami prosedur investigasi anti dumping tidak dilakukan dengan cara yang memadai dan ini telah melukai hak eksportir Rusia," katanya seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Jumat (5/8).
Sesuai dengan aturan WTO yang berlaku, Uni Eropa dapat memberlakukan BMAD jika investigasi menunjukkan harga barang impor berada di bawah harga pasaran dan berakibat pada persaingan industri di negaranya.
Saat ini Uni Eropa menerapkan 37 bea anti dumping dan anti subsidi pada sektor baja, di mana 15 tarif diberlakukan pada China.
Harga baja Uni Eropa telah anjlok hingga 40% pada dua tahun terakhir sehingga berdampak pada 360.000 pekerja di sektor tersebut.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan Uni Eropa perlu melakukan tindakan untuk menghadapi perdagangan tidak adil dan berinvestasi untuk pekerja industri baja.