Bisnis.com, JAKARTA – PT Pollux Properties Indonesia membidik nilai prapenjualan hingga Rp3 triliun pada 2019 kendati merupakan tahun politik.
Presiden Direktur Pollux Properties Nico Purnomo Po mengatakan dirinya optimistis dengan potensi pertumbuhan positif sektor properti pada 2019 lantaran angka kebutuhan rumah yang belum terpenuhi atau backlog yang masih tinggi.
“Kebutuhan rumah terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, hasil infrastruktur yang dibangun secara besar-besaran pada 2018 juga menjadi salah satu kunci utama yang kami yakini bisa menunjang siklus properti,” ungkap Nico kepada Bisnis, Sabtu (29/12/2018).
Kebutuhan tersebut, lanjutnya, tercermin pada laporan PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang mencatat pertumbuhan kredit sebesar 19,28% menjadi Rp220,07 triliun pada kuartal III/2018 ini. Angka tersebut meningkat dari penyaluran kredit BTN di kuartal III/2017 yang sebesar Rp184,5 triliun.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh kenaikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi yang disalurkan melalui kucuran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
“Jadi kita melihat ada tren naik. Apalagi milenial sudah mulai ada kebutuhan dan banyak relaksasi yang diberikan pemerintah,” lanjutnya.
Baca Juga
Adapun, Pollux merupakan salah satu pengembang properti yang mengembangkan proyek berskala besar dengan konsep mixed use terintegrasi, dimana bagian dari seluruh sektor properti berada dalam kawasan, seperti apartemen, mal, perkantoran, ruko, hingga hotel.
Nico mengatakan pihaknya akan fokus pada proyek yang sudah berjalan, seperti Pollux Technopolis seluas 42 hektare di Karawang, Pollux Gangnam District di Bekasi, dan beberapa proyek dibawah entitas anak perusahaannya seperti Pollux Skysuites Mega Kuningan, dan Pollux Habibie di Batam.
Nico menambahkan, target Pollux selanjutnya pada 2019 adalah ingin lebih berfokus pada pemanfaatan teknologi terbaru dengan desain terkini yang cocok dengan gaya hidup modern.
Selain itu, meskipun pada paruh pertama 2019 akan terdapat pemilihan umum sehingga mengakibatkan mayoritas konsumen cenderung wait and see, ia menilai pada saat tersebutlah waktu yang tepat untuk membeli properti mengingat pada Semester II/2019 sektor properti dipercaya akan segera rebound.
“Menurut saya, sekarang justru adalah waktu yang paling tepat untuk berinvestasi properti sebab ‘the earliest gains the most,” imbuhnya.
Nico mengharapkan pada tahun ini, pemilu bisa berjalan lancar dan damai sehingga tidak mempengaruhi kondisi daya beli dan pasar dapat menjadi lebih stabil serta dapat terus bertumbuh.
Tidak hanya itu, ia juga mengharapkan pembangunan infrastruktur dapat selesai tepat waktu sehingga bisa semakin meyakinkan investor untuk melakukan investasi di sektor properti.
“Tahun ini kami juga berharap bahwa para pengembang properti Indonesia dapat menghasilkan karya-karya yang lebih inovatif dan lebih bersaing di skala International,” paparnya.