Bisnis.com, JAKARTA — Kendati tren permintaan domestik terhadap tepung terigu mengalami perlambatan pada semester I/2019, impor tepung terigu Indonesia justru mengalami kenaikan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan, kenaikan impor tepung terigu pada Januari—Juni 2019 disebabkan oleh meningkatnya permintaan komoditas itu dari produsen pakan ternak.
Pasalnya, tepung terigu untuk pakan ternak memiliki spesifikasi khusus yang berbeda dengan yang dikonsumsi manusia pada umumnya.
“Kenaikan impor tepung terigu tersebut justru datang dari industri pakan ternak air atau aquafeed, terutama untuk komoditas udang. Kalau impor untuk makanan manusia tidak mungkin, sebab permintaan domestik saja sedang tumbuh melambat tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor tepung terigu Indonesia sepanjang Januari—Juni 2019 mencapai 36.467 ton, naik dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 31.905 ton.
Secara nilai, impor komoditas tersebut juga terekam naik, dari US$9,95 juta pada semester I/2018 menjadi US$12,43 juta pada semester II/2019.
Sementara itu, sebut Ratna, perlambatan pertumbuhan konsumsi tepung terigu domestik pada tahun ini lebih disebabkan oleh adanya Pemilihan Umum 2019 dan gejolak politik yang terjadi pascapesta demokrasi tersebut. Fenomena itu membuat konsumsi masyarakat menjadi tertahan.
“Kuartal I/2019 konsumsi domestik hanya tumbuh 0,4% secara tahunan menjadi 1,6 juta ton. Jumlah itu di bawah ekspektasi kami kalangan usaha yang minimal 2%. Kuartal II/2019 juga masih terlihat belum ada geliat pertumbuhan yang kuat, semoga pada sisa akhir tahun ini konsumsi masyarakat melonjak,” ujarnya.
Dia mengatakan, pelambatan pertumbuhan konsumsi tepung terigu domestik sejatinya telah terjadi sejak 2016—2018. Berdasarkan data Aptindo, konsumsi tepung terigu domestik pada 2016 tumbuh 7,72% secara tahunan.
Namun, pada 2017 konsumsi produk itu hanya tumbuh 6,41% secara tahunan dan berlanjut pada 2018 di mana pertumbuhannya mencapai 3,79%.
Kendati demikian, dia meyakini konsumsi domestik masih akan sesuai dengan target yang dicanangkan pada tahun ini sebesar 5%—6% secara tahunan.
Mulai kondusifnya kondisi politik dan ekonomi dalam negeri, menurutnya, akan menjadi salah satu pendorong utama kenaikan konsumsi tepung terigu nasional.