Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri peternakan menolak tudingan bahwa lonjakan impor tepung terigu dipicu oleh kenaikan permintaan untuk pakan ternak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor tepung terigu Indonesia sepanjang Januari—Juni 2019 mencapai 36.467 ton, naik dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 31.905 ton.
Secara nilai, impor komoditas tersebut juga terekam naik, dari US$9,95 juta pada semester I/2018 menjadi US$12,43 juta pada semester II/2019.
Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengakui permintaan domestik dari industri pakan ternak terhadap tepung terigu cukup besar tiap tahunnya.
Namun, dia menampik apabila permintaan dari sektor pakan ternak mencapai 36.647 ton pada tahun ini.
“Permintaan tepung terigu untuk pakan ternak semester ini paling sekitar 20.000 ton. Jadi kalau besaran impornya sampai sebesar yang dilaporkan BPS, saya rasa tidak mungkin,” jelasnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Menurutnya, tepung terigu atau gandum selama ini hanya digunakan sebagai campuran pembuatan pakan ternak.
Dia melanjutkan, porsi kebutuhan tepung terigu tidak lebih dari 30% dari total kebutuhan bahan baku industri pengolahan pakan ternak.
Pilihan perusahaan produsen pakan ternak mengimpor tepung terigu, menurutnya, disebabkan oleh perbedaan jenis tepung terigu yang diproduksi dalam negeri dengan tepung terigu untuk pakan ternak.
Produk dalam negeri dinilainya hanya cocok untuk makanan manusia lantaran memiliki tingkat kelengketan yang rendah.
Sementara itu, untuk pakan ternak membutuhkan tingkat kelengketan yang lebih tinggi.