Bisnis.com, JAKARTA - Produsen tepung terigu optimistis dapat meningkatkan kapasitas produksi di tengah tren perlambatan konsumsi dalam negeri dan penurunan permintaan ekspor.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Frankie Welirang mengatakan bahwa perlambatan konsumsi itu masih berlanjut hingga akhir kuartal III/2019. Namun, dia mengatakan peningkatan kapasitas produksi tetap dilakukan lantaran potensi pasar masih terbuka di tahun-tahun berikutnya.
"Pertumbuhan terigu melambat terus sampai kuartal III/2019. Expansi adalah berbasis perkiraan pertumbuhan masa depan," ujar Frankie, yang juga menjabat sebagai Chairman Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), kepada Bisnis, pekan lalu.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun ini menambah kapasitas terpasang produksi tepung terigu di pabrik Tanjung Priok, Jakarta Utara. Perseroan juga membangun fasilitas produksi di Cibitung, Jawa Barat.
Emiten dengan kode saham INDF ini memperkirakan pembangunan pabrik tepung terigu di Cibitung, bakal selesai pada akhir tahun depan. Nantinya, kapasitas produksi perseroan bisa bertambah 1.500 metrik ton (MT) per hari.
Sementara itu, PT Bungasari Flour Mills Indonesia, salah satu produsen tepung terigu, juga baru saja mengoperasikan fase kedua pabrik di Cilegon sehingga kapasitas produksi meningkat hingga 500.000 MT per tahun.
Kapasitas itu bakal naik lagi seiring langkah perusahaan memulai pembangunan pabrik baru dengan nilai investasi mencapai US$80 juta di Medan. Kapasitas produksi pabrik baru ini diperkirakan mencapai 1.500 MT per hari atau sekitar 350.000 MT per tahun.
Presiden Direktur PT Bungasari Flour Mills Indonesia Budianto Wijaya mengatakan pada tahun lalu pihaknya mampu memroduksi tepung terigu sekitar 350.000 metrik ton (MT). Pada tahun ini, jelasnya, pihaknya menganggarkan produksi bisa mencapai 400.000 MT. Target produksi atau pemasaran itu bertumbuh sekitar 14,29% dibandingkan realisasi tahun lalu.
Budianto mengatakan bahwa pada paruh pertama tahun ini pertumbuhan konsumsi tepung terigu nasional melambat, yakni di kisaran satu persen. Kondisi serupa, jelasnya, kemungkinan masih akan terjadi pada semester II/2019.
Hal itu, sebut dia, cukup dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang tidak begitu kondusif dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Pada saat yang sama, harga komoditas juga dinilai belum begitu baik.
Namun, Budianto memperkirakan permintaan tepung terigu pada tahun depan akan kembali meningkat.
Direktur Eksekutif (Aptindo) Ratna Sari Loppies juga mengakui bahwa saat ini konsumsi dan ekspor produk tepung terigu nasional cukup dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menunjukkan pada semester I/2019 konsumsi tepung terigu nasional mencapai 3,27 juta MT. Bila dirincikan, maka sekitar 99,97% bersumber dari produksi dalam negeri, sedangkan sekitar 0,03% lainnya diimpor.