Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan nilai ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya bisa menembus US$35 miliar sepanjang tahun ini.
Harganya pun diperkirakan masih berkisar di level US$1.300 per ton, dan stok yang bisa diekspor pada November dan Desember tahun ini mencapai 6,4 juta ton.
Gapki melaporkan tren kenaikan harga minyak sawit masih berlanjut. Harga pada Oktober 2021 mencapai US$1.368 per ton CPO CIF Rotterdam, lebih tinggi dari harga September 2021 sebesar US$1.235 per ton, dan Agustus sebesar US$1.236 per ton.
Nilai ekspor produk sawit pada Oktober 2021 mencapai US$3,67 miliar, dengan volume ekspor sebesar 3,21 juta ton atau naik 230.000 ton dibandingkan dengan volume ekspor pada September 2021.
Kenaikan terbesar terjadi pada olahan minyak sawit sebesar 298.000 ton atau 13,5 persen lebih tinggi daripada bulan sebelumnya, sedangkan ekspor CPO turun 7 persen menjadi 147.000 ton.
“Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Mesir sebesar 110.700 ton, sehingga menjadi 165.100 ton, ekspor ke China masih naik 73.700 ton sehingga menjadi 698.800 ton,” kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam siaran pers, Rabu (15/12/2021).
Baca Juga
Ekspor dengan tujuan India memperlihatkan penurunan 86.200 ton menjadi 245.600 ton, sedangkan ekspor ke 27 negara Uni Eropa naik 91.600 ton daripada September 2021.
“Sampai dengan Oktober 2021, nilai ekspor produk kelapa sawit mencapai US$29,52 miliar yang merupakan pencapaian nilai ekspor tertinggi selama ini,” lanjut Mukti.
Dengan perkiraan produksi CPO dan minyak kernel sawit (palm kernel oil/PKO) pada November dan Desember 2021 sebesar 9,39 juta ton, dan konsumsi dalam negeri 3 juta ton, Mukti mengatakan bahwa tersedia 6,4 juta ton untuk diekspor.
Asosiasi mengasumsikan kinerja ekspor pada November dan Desember 2021 bakal mencakup 2,2 juta ton bentuk olahan, CPO sebesar 300.000 ton per bulan, olahan PKO 150.000 ton, dan oleokimia 350.000 per bulan.
“Total ekspor 2021 diperkirakan akan mencapai sekitar 34,9 juta ton, atau sekitar 900.000 ton lebih besar dari ekspor 2020 sebesar 34 juta ton,” katanya.
Harga minyak sawit untuk November dan Desember 2021 juga diperkirakan akan melandai, tetapi sangat mungkin berada di atas US$1.300 per ton CPO CIF Rotterdam.
Landainya harga dipicu oleh panen oilseed yang relatif baik, tetapi industri crushing masih menghadapi kendala beragam di negara produsen, seperti Brasil, Argentina, dan Rusia.
“Dengan perkiraan harga dan volume ekspor seperti diuraikan sebelumnya, nilai ekspor minyak sawit 2021 akan sangat mungkin mencapai lebih dari US$35 miliar,” kata Mukti.