Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelni Optimalkan Peran Kapal Perintis, Jangkau Wilayah 3TP di Kepri

Pelni melakukan optimalisasi kapal perintis untuk menjangkau wilayah 3TP di Kepulauan Riau.
Kapal perintis milik Pelni, Sabuk Nusantara 48 yang melayari wilayah Anambas dan Natuna di Kepri./ Dok. Pelni
Kapal perintis milik Pelni, Sabuk Nusantara 48 yang melayari wilayah Anambas dan Natuna di Kepri./ Dok. Pelni

Komitmen Pelni Melayani Kebutuhan Masyarakat 3TP di Kepri

Dengan karakteristik sebagai wilayah kepulauan, Provinsi Kepri secara otomatis terhubung melalui jalur laut. 

Keberadaan kapal perintis milik Pelni, KM Sabuk Nusantara 48 dan KM Sabuk Nusantara 36 yang dikelola Pelni menjadi sarana transportasi penting, yang mampu menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya di wilayah perbatasan Indonesia.

Kepala Cabang Kantor Pelni Batam, Teuku Muhammad Ikbal Rama mengatakan kedua kapal tersebut memiliki rute yang menjangkau keseluruhan Kepri hingga ke Sintete di Kalimantan Barat dan Belinyu di Pulau Bangka. 

Kedua kapal ini milik Kementerian Perhubungan yang diserahkan ke Pelni, agar dioperasikan di wilayah terpencil, terdepan, terbelakang dan perbatasan (3TP), seperti Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natuna.

"Sebagai perusahaan pelayaran dan logistik maritim, Pelni berkomitmen terus melayani kebutuhan masyarakat akan transportasi laut dengan mengoptimalkan rute yang ada, tidak terkecuali untuk masyarakat di wilayah 3TP," katanya Senin (8/7/2024) di Kantor Cabang Pelni Batam, Sekupang, Batam, Kepri.

Adapun rute Kapal Sabuk Nusantara 48 terbagi atas dua rute. Rute pertama mulai dari Tanjungpinang, Karimun (Kabupaten Karimun), Moro (Kabupaten Karimun), Jagoh (Kabupaten Lingga), Pekajang (Kabupaten Lingga), Belinyu (Pulau Bangka), kembali ke Pekajang, lalu kembali ke Jagoh, dan setelah itu ke Tanjungpinang. Rute ini berlangsung selama seminggu.

Sedangkan rute kedua dilakukan setelah rute pertama usai, mulai dari Tanjunpinang, Pulau Tambelan (Kabupaten Bintan), Pulau Midai (Kabupaten Natuna), Selat Lampa (Kabupaten Natuna), Pulau Laut (Kabupaten Natuna), kembali ke Selat Lampa, Pulau Subi (Kabupaten Natuna), Pulau Serasan (Kabupaten Natuna), Sintete (Kalimantan Barat), kembali ke Tambelan, Pulau Batam (Kotamadya Batam), dan terakhir kembali ke Tanjungpinang. Rute ini pun berlangsung selama seminggu. Sehingga membutuhkan waktu dua minggu untuk kembali ke titik awal di rute pertama.

"Dimulai dari Tanjungpinang menuju Tambelan lalu memutari Kepulauan Natuna hingga ke Kalimantan Barat. Lalu setelah itu kembali ke Tanjungpinang. Rute tersebut ditempuh dalam waktu seminggu," katanya lagi.

Sedangkan rute kapal Sabuk Nusantara 36 berada di lingkup Kabupaten Kepulauan Anambas dan juga Natuna. Rute dimulai dari Tanjungpinang, Tambelan, Sintete, Pulau Serasan, Pulau Subi, Penagi (Kabupaten Natuna), Pulau Laut, Pulau Sedanau (Kabupaten Natuna), Pulau Midai (Kabupaten Natuna), Tarempa (Kabupaten Anambas), Letung (Kabupaten Anambas), dan terakhir kembali ke Tanjungpinang. Rute ini juga memakan waktu sekitar satu minggu.

Rama menjelaskan kedua kapal perintis ini sangat diandalkan masyarakat di kepulauan terpencil di perbatasan Indonesia.

"Natuna dan Anambas masuk dalam wilayah terpencil, terdepan, terbelakang dan perbatasan (3TP). Tanpa adanya dua kapal tersebut, urat nadi perekonomian di wilayah tersebut akan terganggu," ungkapnya.

Kedua kapal ini bukan hanya mengangkut penumpang, tapi juga membawa hasil bumi berupa barang konsumsi untuk masyarakat Kepri. Sebagai contoh, Kapal Sanus 48 mengangkut sekitar 25-35 ton pisang dan buah-buahan dari Sintete ke Tambelan.

Meski berada di wilayah Kabupaten Bintan, Pulau Tambelan berlokasi sangat jauh dari Pulau Bintan, jaraknya 390 kilometer. Sedangkan dari Sintete di Kalimantan Barat, jaraknya 120 kilometer.

Pulau Tambelan merupakan pulau terpencil yang hanya mengandalkan hasil dari kegiatan melaut. Untuk bahan-bahan kebutuhan pokok, penduduk pulau tersebut mengandalkan kiriman dari luar pulau. 

Untuk muatan penumpang yang lebih besar, warga Kepri juga mengandalkan KM Bukit Raya, yang bisa menampung sekitar 1.000 penumpang. Adapun rute kapal ini yakni mulai dari Jakarta, Belinyu di Pulau Bangka, Kijang (Kabupaten Bintan), Letung, Tarempa, Natuna, Midai, Serasan, Pontianak, dan terakhir ke Surabaya. Waktu yang diperlukan untuk menempuh rute ini sekitar dua minggu.

Selain angkutan penumpang, Pelni punya KM Logistik Nusantara 4 yang melayani angkutan logistik. Kapal kargo tol laut ini menyediakan dua jenis kontainer, yaitu untuk muatan kering ada Dry Kontrainer dengan kapasitas muatan 20 ton/m3. Kemudian muatan beku seperti daging atau lainnya ada Reefer Kontrainer dengan kapasitas muatan 20 ton/m3.

Adapun rute trayek kapal ini bernama Trayek T-3, yang dimulai dari Tanjung Priuk (Jakarta), Patimban (Jawa Barat) Kijang (Kabupaten Bintan), Letung, Tarempa, Pulau Laut, Selat Lampa, Subi, Serasan, Midai, Kijang, kembali ke Patimban lalu terakhir kembali ke Tanjung Priuk.

Pelabuhan Patimban sendiri baru ditambahkan ke rute kapal kargo tol laut ini pada September 2022. Dari pelabuhan ini, hasil bumi dari Jawa Barat dan produk-produk daerah lainnya dapat didistribusikan ke wilayah 3TP seperti Natuna dan Anambas di Kepri.

Kapal KM Logistik Nusantara 4 berkapasitas 115 TEUs, dengan waktu tempuh kurang lebih tiga minggu. 

"Tol Laut ini menjadi integrator ekonomi dan meningkatkan efisiensi pengiriman barang anta wilayah tertentu juga semakin meningkatkan pertumbuhan di banyak sektor ekonomi, ungkapnya.

Rama juga menyebut peran Kapal KM Kelud sangat besar bagi masyarakat Kepri, khususnya Batam. Kapal bertonase 14.000 GT dan berkapasitas 2.600 penumpang ini berperan besar menjaga rantai pasoka logistik di kota industri tersebut.

"Seperti yang kita ketahui, Batam mengandalkan suplai kebutuhan pokok dari luar, terutama dari Sumatera Utara. KM Kelud banyak membawa barang-barang tersebut ke Batam dari Belawan. Jumlah normalnya sekitar 15-20 kontainer, paling banyak itu 22 kontainer," ungkapnya.

Ia menjelaskan ketika KM Kelud tiba di Pelabuhan Batuampar, Batam, maka barang-barang kebutuhan pokok tersebut langsung dibongkar, untuk kemudian dikirimkan ke Pasar Tradisional Jodoh, yang merupakan pasar utama di Batam. "Banyak yang diangkut Kelud, misal bawang, cabai, tomat dan lain-lain. Kalau tidak ada Kelud, akan susah mengirimkannya," pungkasnya. (K65)

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper