Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pamer neraca dagang yang selalu surplus selama lebih dari 4 tahun terakhir.
Pada pidato pengantar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 berserta Nota Keuangan, Jokowi menyebut neraca perdagangan berhasil menorehkan surplus selama 51 bulan berturut-turut.
Neraca perdagangan yang positif itu juga beriringan dengan nilai ekspor Indonesia yang naik lebih dari 70% atau mencapai US$259 miliar pada 2023.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu terjadi di kisaran 5%. Menurutnya, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi global yang hanya sekitar 3,4%.
"Neraca transaksi berjalan secara bertahap terus menguat, neraca dagang selalu mencatat surplus selama 51 bulan terakhir," kata Jokowi dalam pidato RAPBN dan Nota Keuangan di Kompleks Parlemen, Jumat (16/8/2024).
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kamis (15/8/2024), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus perdagangan Juli 2024 senilai US$0,47 miliar. Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa dengan realisasi itu, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus dalam 51 bulan sejak Mei 2020.
Baca Juga
"Pada Juli 2024 neraca perdagangan barang tercatat surplus US$0,47 miliar atau turun sebesar US$1,92 miliar secara bulanan. Surplus Juli 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya ataupun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya," ujarnya dalam konferensi pers pada Kamis (15/8/2024).
Amalia melanjutkan surplus neraca perdagangan pada Juli 2024 ditopang oleh surplus perdagangan komoditas nonmigas senilai US$2,16 miliar.
"Secara tahunan semua sektor mengalami peningkatan, terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor industri pengolahan sebesar 4,56% yang memberikan andil peningkatan sebesar 3,46%," ujar Amalia.
Secara kumulatif atau sepanjang periode Januari—Juli 2024, ekspor tercatat senilai US$147,03 miliar lalu impor senilai US$131,38 miliar, sehingga surplus neraca dagang barang Indonesia periode Januari—Juli 2024 mencapai US$15,92 miliar.