Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Round-up APBN Agustus 2024: Defisit Terbesar Sejak Pandem

Berikut ini sejumlah fakta mengenai kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara per Agustus 2024!
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajaran wakil menteri keuangan dan para eselon I Kementerian Keuangan dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (23/9/2024). /Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajaran wakil menteri keuangan dan para eselon I Kementerian Keuangan dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (23/9/2024). /Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengumumkan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Agustus 2024. Terdapat sejumlah fakta seperti terjadi defisit anggaran terbesar sejak pandemi Covid-19 hingga hingga dampak positif dari penurunan suku bunga oleh The Fed.

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajarannya dalam konferensi pers APBN Kita di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat pada Senin (23/9/2024).

Data-data penting keuangan negara dari awal Januari hingga akhir Agustus 2024 terungkap. Sri Mulyani melaporkan realisasi penerimaan negara seperti pajak, penerimaan bea cukai, hingga penerimaan tingkat daerah.

Bendahara negara tersebut turut melaporkan belanja negara yang sudah terealisasi, seperti belanja pemerintah pusat untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara hingga belanja pemerintah daerah untuk pelaksanaan Pilkada Serentak 2024.

Lalu, seperti apa perinciannya? Berikut rangkuman yang telah dihimpun Bisnis.

Defisit Rp153,7 Triliun

APBN per Agustus 2024 tercatat defisit Rp153,7 triliun. Angka tersebut menjadi yang paling besar sejak era pandemi.

Sri Mulyani menjelaskan, defisit Rp153,7 triliun tersebut setara 0,68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka itu melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Juli 2024 yaitu sebesar Rp93,4 triliun atau 0,41% terhadap PDB.

"Defisit APBN hingga akhir Agustus Rp153,7 triliun atau 0,68% dari PDB. Masih dalam track sesuai dengan UU APBN 2024,” ujarnya.

Secara keseluruhan, APBN 2024 memang didesain dari rencana awal defisit senilai Rp522,8 triliun atau 2,29% terhadap PDB. Sementara outlook atau perkiraan defisit pada akhir tahun akan lebih besar, yakni senilai Rp609,7 triliun atau 2,7% terhadap PDB.

Jika dilihat secara historis secara tahunan pada periode yang sama maka defisit kali ini menjadi yang terbesar sejak 2021.

Pada tahun lalu atau Agustus 2023, APBN masih mengalami surplus Rp147,22 triliun atau 0,7% terhadap PDB. Surplus terjadi karena pendapatan negara mencapai Rp1.821,9 triliun, lebih tinggi dari realisasi belanjanya yakni Rp1.674,67 triliun.

Tak jauh berbeda, pada Agustus 2022 APBN juga masih mengalami surplus Rp107,4 triliun per Agustus 2022 atau 0,58% terhadap PDB. Namun, pada Agustus 2021 APBN mengalami defisit yang cukup besar yaitu Rp383,2 triliun atau setara 2,32% dari PDB.

Penerimaan Negara Masih Loyo

Sementara itu, penerimaan negara mencapai Rp1.777 triliun selama Januari—Agustus 2024. Angka tersebut masih lebih rendah secara tahunan, terutama akibat penurunan setoran PPh Badan atau pajak perusahaan. 

Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan negara sebesar Rp1.777 triliun per Agustus setara dengan 63,4% dari target yang ditetapkan APBN 2024. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka tersebut turun 2,5%.

Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono merincikan, jika dibagi menurut jenisnya maka penerimaan pajak badan atau PPh Badan memang menjadi yang paling mengalami kontraksi atau penurunan paling besar pada Agustus 2024.

Per Agustus 2024, PPh Badan menyetor Rp212,7 triliun. Kendati demikian, angka tersebut berkurang 32,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

"[Penurunan setoran] PPh Badan terutama akibat penurunan harga komoditas," jelas Thomas.

Di samping itu, keponakan presiden terpilih Prabowo Subianto ini mengaku jenis pajak utama lainnya terutama pajak-pajak yang berbasis pada transaksi pada tahun berjalan menunjukkan pertumbuhan positif.

Lebih lanjut, Thomas juga merincikan total penerimaan negara sebesar Rp1.777 triliun per Agustus 2024 berasal dari penerimaan pajak sebesar Rp1.196,54 triliun (60,16% dari target APBN), penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp183,2 triliun (57,1% dari target APBN), serta pendapatan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp383,8 triliun (78% dari target APBN).

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper