Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur (PMI) Jepang Kembali Anjlok per September 2024

Indeks aktivitas manufaktur di Jepang mengalami konstraksi selama 3 bulan berturut per September 2024.
Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto (kiri) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kanan) bertemu di kantor perdana menteri, Rabu, 3 April 2024, di Tokyo, Jepang./Reuters
Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto (kiri) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kanan) bertemu di kantor perdana menteri, Rabu, 3 April 2024, di Tokyo, Jepang./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas manufaktur di Jepang kembali mengalami penurunan pada September 2024. Ini menandakan konstraksi 3 bulan beruntun.

Dilansir Reuters, Selasa (24/9/2024), Purchasing Managers Index (PMI) au Jibun Bank flash Jepang turun menjadi 49,6 pada September. Lebih lembah dari posisi 49,8 pada Agustus.

PMI menggunakan nilai 50 untuk batas normal. Nilai di bawah ambang batas 50 menunjukkan terjadi pelemahan di Industri. Tercatat, Jepang telah berada dalam fase kontraksi sejak Juli 2024 lalu..

Penurunan indeks ini dipicu oleh penurunan subindeks output yang lebih rendah pada September, meskipun penyusutan pesanan baru berlangsung dengan laju yang lebih lambat. Selain itu, survei juga menunjukkan inflasi harga input dan output menurun.

Inflasi grosir tahunan Jepang pada Agustus mengalami perlambatan, didorong oleh penguatan yen yang menekan biaya impor. Namun, kepercayaan produsen terhadap prospek ekonomi melemah, dengan indeks prospek output mencapai level terendah sejak Desember 2022.

Sementara itu, survei Reuters Tankan yang memantau sentimen bisnis triwulanan Bank of Japan menunjukkan bahwa semangat pabrikan besar Jepang menurun ke level terendah dalam 7 bulan pada September. Kondisi yang dipicu pelemahan permintaan dari China.

Di sisi lain, sektor jasa menunjukkan pertumbuhan yang stabil, dengan PMI au Jibun Bank di sektor ini naik menjadi 53,9 pada September, dari 53,7 pada Agustus. Ini adalah level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Meskipun harga input jasa tumbuh lebih lambat sejak Maret, harga yang dikenakan perusahaan meningkat karena beban biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.

"Ekspansi aktivitas bisnis didorong oleh sektor jasa pada bulan September," ujar Usamah Bhatti, ekonom S&P Global Market Intelligence, yang turut menyusun survei tersebut. Ia juga mencatat bahwa baik sektor manufaktur maupun jasa mengalami tekanan biaya yang lebih rendah, meskipun biaya operasional secara keseluruhan masih tetap tinggi.

PMI komposit Jepang, yang menggabungkan aktivitas sektor manufaktur dan jasa, tercatat di angka 52,5 pada September, melanjutkan tren ekspansi selama tiga bulan berturut-turut.

Bank of Japan mempertahankan suku bunga stabil pada Jumat pekan lalu, sesuai dengan ekspektasi pasar, setelah mengakhiri suku bunga negatif pada Maret dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25% pada Juli.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper