Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi 2024 Kawasan Asean+3 Diproyeksi 4,2%, Terus Naik pada 2025

Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara serta China, Jepang, dan Korea Selatan diperkirakan mencapai 4,2% pada 2024 dan naik ke 4,4% pada 2025.
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/6/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/6/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara serta China, Jepang, dan Korea Selatan atau disebut Asean+3 akan mencapai 4,2% pada 2024 dan menguat ke 4,4% pada 2025 mendatang.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan itu lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi  sebelumnya yang dikeluarkan pada Juli 2024 sebesar 4,4%.

Chief Economist AMRO Hoe Ee Khor menjelaskan bahwa perekonomian negara-negara Plus-3, yakni China; Hong Kong, Jepang; dan Korea Selatan diproyeksikan tumbuh sebesar 4,1%. Sementara itu, negara-negara Asean diproyeksikan tumbuh sebesar 4,7% pada tahun ini.

"Pertumbuhan untuk wilayah ini akan didorong oleh kelanjutan pemulihan perdagangan luar negeri, ketahanan dalam negeri permintaan, dan peningkatan pariwisata karena kebijakan visa yang dilonggarkan di beberapa negara," jelas Khor dalam press briefing virtual pada Kamis (3/10/2024).

Khor menjelaskan bahwa Vietnam menjadi negara dengan kinerja pertumbuhan terbaik diantara negara Asean+3 lainnya pada 2024 dengan 6,2%. Menyusul di belakangnya adalah Filipina dan Kamboja dengan prediksi masing-masing 6,1% dan 5,6%.

Selanjutnya, Indonesia diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,1%, disusul China (5%), Malaysia (4,7%), Laos (4,5%), Brunei Darussalam (4%), Hong Kong,China (3,3%), Thailand (2,8%), Korea Selatan (2,5%), Singapura (2,4%),  Myanmar (1,8%), dan Jepang (0,5%).

Sementara itu, tingkat inflasi negara-negara Asean+3 diprediksi sebesar 4,9% pada 2024 dan akan menurun ke 4,1% pada 2025. Laju inflasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara diproyeksikan sebesar 6,1% pada 2024 dan menurun ke 4,9% pada 2025.

Adapun, tingkat inflasi negara-negara Plus 3 diprediksi sebesar 1,8% pada 2024 dan meningkat ke level 2% pada 2025.

Risiko Ekonomi Asean

Khor melanjutkan, ada beberapa risiko yang akan mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi Asean+3 di sisa 2024 dan sepanjang 2025 mendatang. Pertama, perlambatan pertumbuhan tajam di AS dan Eropa. Khor menuturkan, data pasar tenaga kerja AS pada Juli dan indeks PMI manufaktur Agustus yang lebih lemah dari perkiraan telah memicu kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan AS.

"Hal ini berpotensi membebani pemulihan tingkat ekspor," kata Khor.

Sementara itu, pemulihan ekonomi di Eropa yang rapuh menghadapi risiko eskalasi ketegangan perdagangan global dan kemungkinan lonjakan biaya energi serta pengangkutan karena konflik geopolitik.

Selanjutnya, penyesuaian yang berlarut-larut di sektor properti dapat menghambat pertumbuhan ekonomi China. Khor menuturkan, jika tren pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat berlanjut di China, dampak di kawasan Asean akan terasa melalui nilai perdagangan, investasi, serta pariwisata yang lebih rendah.

Volatilitas pasar finansial juga perlu dicermati oleh negara-negara kawasan Asean+3. Khor menuturkan, kondisi penyesuaian pasar yang tajam namun berumur pendek itu sempat terjadi pada Agustus 2024 lalu yang menjadi pengingat akan risiko lonjakan lebih lanjut di pasar keuangan.

Ke depan, dia mengatakan ketidakpastian seputar prospek kebijakan moneter AS pemilihan presiden mendatang, dan potensi pelepasan posisi keuangan lebih lanjut  dapat mempengaruhi pasar dan meningkatkan tekanan di pasar keuangan.

Selain itu, meningkatnya harga komoditas dan biaya angkut global juga akan mempengaruhi negara-negara di kawasan Asean+3. Khor menurutkan, siklus cuaca La Niña yang tidak dapat diprediksi dapat mengganggu pasokan pangan, sementara tensi geopolitik dapat berimbas pada meningkatnya harga energi dan biaya logistik.

Selanjutnya, pemilihan presiden AS pada November mendatang juga akan berdampak pada negara-negara di kawasan lain, termasuk Asean+3, terutama jika hasil tersebut bermuara pada meningkatnya tensi perang dagang AS-China.

"Peningkatan tarif bisa secara substansial menghambat prospek pertumbuhan regional pada tingkat yang berbeda-beda, tergantung pada besarannya. Dalam proyeksi kami, skenario terburuk dengan peningkatan tarif yang tinggi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi Asean+3 hingga hampir 1%," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper