Bisnis.com, JAKARTA -- Perekonomian Thailand tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal III/2024 seiring dengan peningkatan ekspor dan belanja pemerintah. Hasil tersebut membuka ruang bagi Thailand melakukan penurunan suku bunga acuan untuk mengatasi perlambatan konsumsi swasta.
Data dari Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand (NESDC) pada Senin (18/11/2024) mencatat, produk domestik bruto pada kuartal III/2024 naik menjadi 3% secara year on year (yoy). Angka tersebut melampaui perkiraan median sebesar 2,4% dalam survei Bloomberg News dan revisi laju pertumbuhan sebesar 2,2% untuk kuartal kedua.
Sementara itu, perekonomian tumbuh 1,2% secara quarter on quarter (qoq), mengalahkan perkiraan median pertumbuhan 0,8%.
Meskipun terjadi peningkatan, ekspansi setahun penuh di Thailand diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Indonesia, yang baru-baru ini mencatatkan ekspansi triwulanan sebesar 4,95%, dan Malaysia, yang PDB-nya meningkat sebesar 5,3% pada periode yang sama.
Pemerintahan Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra akan bertemu pada besok (19/11/2024) untuk mempertimbangkan langkah-langkah stimulus tambahan, mungkin termasuk lebih banyak bantuan tunai, untuk memastikan pemulihan berlanjut hingga tahun depan.
Kepala NESDC Danucha Pichayanan menuturkan, pengeluaran pemerintah akan menjadi pendorong utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2025. Hal ini kemudian memperluas dukungan terhadap konsumsi swasta dan pariwisata.
Baca Juga
Dia juga menekankan bahwa pemberian uang tunai akan membantu meningkatkan perekonomian pada kuartal keempat.
Adapun, nilai kurs Baht tidak bergerak banyak setelah pengumuman data tersebut. Sementara itu, indeks saham acuan Thailand naik sebanyak 0,6% setelah pertumbuhan melampaui ekspektasi, lebih tinggi dari kenaikan 0,3% indeks saham MSCI Asean di Asia Tenggara.
Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economics menuturkan, meski terjadi peningkatan pertumbuhan, pemerintah kemungkinan akan mempertahankan kampanye selama berbulan-bulan untuk menurunkan biaya pinjaman.
“Alasan utamanya adalah karena belanja rumah tangga melambat,” ujarnya.
Namun, dia memperkirakan Bank of Thailand akan mempertahankan suku bunga acuan pada Desember karena stimulus negara memacu pertumbuhan, setelah bank sentral pada bulan lalu secara tak terduga menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak tahun 2020.
NESDC memperkirakan pertumbuhan ekonomi Thailand sebesar 2,6% pada tahun ini dan ekspansi sebesar 2,3%-3,3% pada 2025. Namun, Danucha memperingatkan bahwa kebijakan perdagangan Presiden terpilih AS Donald Trump dapat memicu ketidakpastian pengiriman karena hambatan perdagangan.
Danucha juga memperingatkan bahwa utang rumah tangga diperkirakan akan tetap tinggi pada 2025 meskipun dampak dari langkah-langkah keringanan utang, yang akan segera diumumkan, harus diwaspadai. Dia meremehkan dampak ekonomi dari banjir baru-baru ini, dengan mengatakan total kerusakan mencapai sekitar 60 miliar baht atau US$1,7 miliar.
“Investasi publik meningkat untuk pertama kalinya dalam enam kuartal,” kata NESDC dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, ekspor barang dan jasa serta pengeluaran konsumsi pemerintah menunjukkan pertumbuhan yang baik. Meskipun demikian, konsumsi swasta melambat dan investasi swasta mengalami kontraksi.
Investasi di Thailand
Berdasarkan data dari NESDC, total investasi naik 5,2%, kenaikan pertama dalam empat kuartal dan pembalikan kontraksi 6,1% dalam tiga bulan hingga Juni. Investasi swasta turun sebesar 2,5%, setelah turun 6,8% pada kuartal sebelumnya.