Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan, pihaknya terpaksa menurunkan produksi menjadi 40% buntut belum diperolehnya izin ekspor konsentrat tembaga dari pemerintah.
Adapun, izin ekspor konsentrat tembaga Freeport telah berakhir pada 31 Desember 2024 lalu. Di sisi lain, pada Oktober 2024, fasilitas pemurnian dan pemrosesan atau smelter baru PTFI terbakar.
Terhentinya ekspor dan insiden kebakaran itu membuat stok konsentrat tembaga menumpuk di gudang penyimpanan Amamapare, Mimika, Papua.
Tony mengatakan dari serangkaian kejadian itu, PTFI kini menurunkan produksi menjadi 40% saja.
"Intinya adalah bahwa konsentrat tembaganya menumpuk di gudang. Kami hanya bisa produksi sekarang 40% dan 40% itu kita kirim ke PT Smelting di Gresik," jelas Tony di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Dia menyebut, langkah menurunkan produksi sudah terjadi sejak Januari 2025. Menurutnya, penurunan produksi secara paralel dilakukan sembari proses maintenance pada fasilitas smelter Gresik yang terbakar. Tony bahkan, mengatakan pada proses maintenance, produksi malah kurang dari 40%.
Lebih lanjut, Tony mengatakan, perbaikan fasilitas smelter yang terbakar ditargetkan rampung pada Juni 2025 mendatang. Pada saat bersamaan, dia pun optimistis mendapat kembali izin ekspor dari pemerintah.
Baca Juga
Freeport pun siap mengekspor 1,3 juta ton konsentrat tembaga hingga Desember 2025 jika sudah mendapat izin dari pemerintah.
Dia menyebut nilai ekspor tersebut mencapai sekitar US$5 miliar atau setara Rp81,34 triliun (asumsi kurs Rp16.268 per dolar AS). Menurutnya, dari jumlah nilai ekspor itu, jatah untuk negara mencapai US$4 miliar atau setara Rp65,07 triliun.
"Saya sih optimistis [dapat izin ekspor Februari], harus optimis dong kita. Untuk Indonesia Maju itu nilai ekspornya kira-kira US$5 miliar, dan bagian negara US$4 miliar," ucap Tony.