Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat kinerja Indeks Penjualan Riil/IPR pada Januari 2025 mengalami penurunan sebesar 4,7% secara bulanan menjadi 211,5, dari Desember 2024 yang sebesar 222 poin.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan bahwa perkembangan ini sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat pascaperayaan HBKN Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Normalisasi menyebabkan kontraksi penjualan mayoritas kelompok, kecuali Suku Cadang dan Aksesori,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (12/3/2025).
Dari delapan kelompok yang datanya tersaji, hanya indeks dari penjualan Suku Cadang dan Aksesori yang naik sebesar 3,8 poin menjadi 141 pada Januari 2025, dari Desember 2024 yang sebesar 137,2.
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Peralatan Informasi dan Komunikasi menjadi dua kelompok yang mengalami penurunan terdalam, masing-masing turun sebesar 13,6 dan 13,2 poin.
Meski secara bulanan (month to month/MtM) turun, tetapi penjualan eceran tetap tumbuh secara tahunan (year on year/YoY) sebesar 0,5%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan di bulan Desember 2024 sebesar 1,8%.
Baca Juga
Pertumbuhan IPR tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan pada Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Barang budaya dan Rekreasi.
Bukan hanya IPR, data ekonomi lainnya juga menunjukkan penurunan. Sebut saja Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) maupun Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mengalami deflasi pada dua bulan pertama tahun ini.
Ke depannya, Denny menyampaikan bahwa tekanan inflasi 3 bulan yang akan datang, yaitu pada April 2025, diperairakan menurun, sementara tekanan inflasi 6 bulan yang akan datang, yaitu pada Juli 2025, diperkirakan meningkat.
Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2025 yang tercatat sebesar 159,6, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 179,0, didorong oleh normalisasi harga pascaRamadan dan HBKN Idulfitri.
Sementara itu, IEH Juli 2025 tercatat sebesar 155,4, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 152,3 yang antara lain dipengaruhi oleh perkiraan peningkatan permintaan pada periode puncak liburan sekolah.