Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan kinerja penerimaan negara dari sektor usaha terbesar, salah satunya pertambangan masih mengalami tekanan. Hal ini dinilai sejalan dengan moderasi harga komoditas minyak mentah, batu bara, dan nikel.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu mengatakan, tren penurunan harga komoditas terjadi sejak Oktober 2023 hingga kini. Padahal, kontribusi pertambangan terhadap total penerimaan negara cukup besar yakni di kisaran 10%.
"Kalau kita lihat pajak pertambangan ini terkena dampak dari koreksi harga pada Januari dan Februari ini melanjutkan tren penurunan harga yang terjadi sejak Oktober 2023," kata Anggito dalam konferensi pers APBN KiTa Maret 2025, Kamis (13/3/2025).
Secara terperinci, kondisi tersebut tercerminkan dari laporan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pertambangan untuk subsektor sumber daya alam (SDA) migas yakni sebesar Rp17,5 triliun atau turun 1,7% year-on-year (yoy) per Februari 2025. Realisasi itu baru mencapai 14,5% dari target APBN 2025.
Terkontraksinya PNBP migas utamanya dipengaruhi penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP) serta lifting gas bumi akibat penyusutan produksi alamiah.
Hal serupa juga terjadi pada PNBP dari SDA nonmigas yang mencapai Rp16,3 trilliun atau turun 7,2% yoy per Februari 2025. Realisasi tersebut baru mencapai 16,8% dari target APBN. Turunnya PNBP nonmigas terutama dipengaruhi penurunan harga dan produksi batu bara.
Baca Juga
"Ini pun juga dikonfirmasi dengan penurunan dari PNBP sumber daya alam maupun sumber daya nonmigas, jadi bisa dijelaskan kenapa penerimaan pajak dari sektor pertambangan ini menurun di Januari dan flat di Februari," tuturnya.
Untuk diketahui, realisasi PNBP sektor energi dan sumber daya mineral pada 2024 melebihi target hingga 115% atau sebesar Rp269,6 triliun dari target 2024 sebesar Rp234,2 triliun.
Secara terperinci, subsektor mineral dan batu bara menyumbang kontribusi terbesar 52,1% total PNBP sektor ESDM, yakni senilai Rp140,5 triliun. Subsektor migas menyusul sebesar Rp110,9 triliun, kemudian EBTKE Rp2,8 triliun, dan sektor lainnya sebesar Rp15,4 triliun.
Meski melebihi target tahunan, capaian realisasi PNBP sektor ESDM tidak lebih besar dari capaian tahun 2023. Menurut Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, hal ini dikarenakan karena harga komoditas mineral dan batu bara global turun.
“Kita bersyukur sekalipun harga global komoditas khususnya mineral dan batubara lagi turun, tapi target kita PNBP dari sektor ini masih bisa tumbuh, yang tadinya ditargetkan Rp113 triliun, menjadi Rp140,5 triliun,” paparnya.