Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor komoditas kelapa di dalam kulit (endocarp) atau HS 08011200 mencapai US$45,6 juta hingga Maret 2025.
Capaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 146% (C-to-C) dibandingkan periode Januari-Maret 2024 yang tercatat senilai US$18,2 juta.
“Kelapa yang masih dalam kulit total ekspornya US$45,6 juta sepanjang Januari-Maret 2025,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).
Merujuk data BPS yang diterima Bisnis, Senin (21/4/2025), Indonesia paling banyak mengekspor komoditas ini ke China, Vietnam, dan Thailand.
Secara terperinci, nilai ekspor kelapa bulat ke Negeri Tirai Bambu mencapai US$43,1 juta hingga Maret 2025, diikuti Vietnam US$2,06 juta, Thailand US$299.426, dan lainnya US$144.806.
Sementara itu, nilai ekspor untuk komoditas kopra atau HS 12030000 mencapai US$5,98 juta sepanjang Januari-Maret 2025. Amalia menyebut, nilai ekspor untuk komoditas ini turun, jika dibandingkan periode Januari-Maret 2024.
Baca Juga
“Ekspor kopra US$5,98 juta, dibandingkan Januari-Maret 2024 ada penurunan,” ungkapnya.
Masih merujuk dalam data yang sama, nilai ekspor kopra pada periode ini tercatat turun 25,4% dibanding Januari-Maret 2024 yang mencapai US$8,02 juta.
Kendati begitu, BPS tidak menjabarkan lebih jauh mengenai penyebab merosotnya nilai ekspor untuk komoditas kopra.
Tercatat, Indonesia sepanjang Januari-Maret 2025 paling banyak mengekspor kopra ke Bangladesh dengan nilai mencapai US$5,55 juta. Tahun lalu, ekspor ke negara ini mencapai US$5,56 juta pada Januari-Maret 2024.
Kemudian, Indonesia juga diketahui mengekspor komoditas ini ke India senilai US$328.559, diikuti Pakistan US$60.190, dan lainnya US$42.000.
Harga Kelapa Melambung
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sebelumnya mengungkap, melonjaknya permintaan ekspor menjadi biang kerok tingginya harga kelapa bulat di Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan Amran ketika melaksanakan konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).
“Iya karena demand tinggi,” kata Amran kepada wartawan, Kamis (17/4/2025).
Amran mengatakan, para petani kelapa saat ini tengah menikmati harga ekspor. Untuk itu, dia mengharapkan masyarakat dapat memberikan ruang bagi para petani untuk menikmati harga yang cukup baik tersebut.
“Beri ruang petani kelapa bahagia di saat harga tinggi,” ujarnya.
Seiring meningkatnya permintaan global, Amran menyebut bahwa Indonesia berencana untuk mempercepat masa tanam, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Mengingat, kondisi ini dapat menambah devisa negara.
“Kesimpulannya, komoditas perkebunan strategis yang demand-nya tinggi fokus rehab, replanting, tanam baru, pemeliharaan yang baik, karena menghasilkan devisa,” ucapnya.
Amran menyampaikan, pemerintah setidaknya mencatat terdapat 10 komoditas strategis dengan permintaan yang cukup tinggi di tingkat global. Selain kelapa, ada kakao, pala, kelapa sawit, hingga ubi.
Dengan adanya data tersebut, pemerintah berupaya untuk meningkatkan ekspor sepuluh komoditas itu untuk mendatangkan lebih banyak devisa.
“Apa tujuan kita? Meningkatkan ekspor, kemudian menekan impor. Pada gilirannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini tujuan akhir kita,” pungkasnya.