Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Dorong Inflasi Inti Naik, Daya Beli Masyarakat Masih Lemah

Inflasi inti Indonesia pada April 2025 tercatat 2,5% YoY, naik dari 2,48% pada Maret dan lebih tinggi dibanding April 2024.
Pedagang melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (18/1/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (18/1/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Komponen inti tercatat mengalami inflasi tahunan yang lebih tinggi, dari Maret sebesar 2,48% menjadi 2,5% pada April 2025. 

Jika dibandingkan dengan April 2024 yang sebesar 1,82%, inflasi inti atau core inflation April 2025 masih lebih tinggi. Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, inflasi inti biasanya mencerminkan tekanan harga dari sisi permintaan, sehingga sering digunakan sebagai indikator daya beli masyarakat.

Sementara untuk menilai cerminan daya beli yang membaik dibutuhkan inflasi inti secara lebih spesifik. Yusuf melihat berdasarkan data terbaru itu,  meski naik, namun bukan didorong oleh  pemulihan daya beli masyarakat, melainkan akibat kenaikan harga emas perhiasan. 

Emas perhiasan maupun logam belakangan diburu masyarakat sebagai sarana investasi. Yusuf menekankan bahwa emas yang digunakan sebagai aset investasi tidak sama dengan barang konsumsi sehari-hari seperti makanan atau kebutuhan pokok. 

“Artinya, meskipun inflasi inti sedikit meningkat, kenaikan ini tidak serta merta menunjukkan bahwa masyarakat memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan pada kebutuhan dasar,” ujarnya, Jumat (2/5/2025). 

Daya beli yang semakin lemah dibuktikan dari data penjualan eceran yang menunjukkan perlambatan. 

Bank Indonesia melaporkan kinerja penjualan eceran meningkat 3,3% secara bulanan atau month to month/MtM pada Februari 2025. Pertumbuhan tersebut menandai kenaikan signifikan Indeks Penjualan Riil (IPR) dari 211,5 menjadi 218,5. Jika dibandingkan dengan Januari 2025, sebelumnya terdapat kontraksi sebesar 4,7% MtM. Bahkan, proyeksi untuk Maret 2025 menunjukkan potensi penurunan lebih lanjut.

Jika daya beli masyarakat benar-benar membaik, seharusnya penjualan eceran meningkat, bukan menurun. “Penurunan ini mengisyaratkan bahwa kemampuan masyarakat untuk berbelanja justru melemah, yang bertolak belakang dengan anggapan bahwa inflasi inti yang lebih tinggi menandakan daya beli yang lebih kuat,” tutur Yusuf. 

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan secara umum, tingkat inflasi Indonesia April 2025 mencapai 1,95% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 1,01%. Tingkat inflasi komponen inti meningkat dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, yakni dari 1,82% menjadi 2,5% YoY. 

Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2025 di antaranya adalah emas perhiasan, kopi bubuk, minyak goreng, nasi dengan lauk dan sewa rumah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper