Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Buka-bukaan soal Efek Tarif Trump ke Ekonomi dan Pasar Tenaga Kerja AS

Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis Alberto Musalem mengatakan tarif Trump berisiko membebani ekonomi AS dan melemahkan pasar tenaga kerja.
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts

Bisnis.com, JAKARTA — Pejabat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed memperingatkan dampak penerapan tarif impor oleh Presiden Donald Trump terhadap pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam.

Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis, Alberto Musalem, menyampaikan peringatan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan Amerika Serikat dapat menimbulkan beban serius terhadap perekonomian dan memperlemah pasar tenaga kerja.

“Bahkan setelah de-eskalasi pada 12 Mei lalu, tarif masih berisiko memberikan dampak signifikan terhadap prospek ekonomi jangka pendek,” ujar Musalem dalam pidato yang disiapkan untuk acara di Minneapolis, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (21/5/2025).

Awal bulan ini, AS dan China mengumumkan bahwa mereka akan menurunkan tarif secara signifikan satu sama lain selama 90 hari sementara para pejabat berupaya untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan.

”Secara keseluruhan, tarif-tarif ini kemungkinan akan menekan aktivitas ekonomi dan memperburuk kondisi pasar tenaga kerja,” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa kebijakan moneter saat ini berada pada posisi yang tepat untuk merespons perubahan prospek ekonomi, namun para pembuat kebijakan harus tetap waspada terhadap arah ekspektasi inflasi publik.

Selama ekspektasi inflasi tetap sejalan dengan target jangka menengah The Fed di level 2%, menurut Musalem, bank sentral memiliki ruang untuk menyeimbangkan mandatnya terhadap harga dan ketenagakerjaan.

“Ini saatnya memperkuat kepercayaan publik bahwa kami serius dalam melawan inflasi,” ujarnya.

Secara terpisah, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyampaikan bahwa volatilitas di pasar obligasi pemerintah AS menambah ketidakpastian ekonomi, namun belum menimbulkan risiko sistemik terhadap fungsi pasar secara keseluruhan.

“Di tengah banyaknya ketidakpastian, saya merasa kebijakan saat ini sudah berada di tempat yang tepat,” ujarnya.

Ia menambahkan, menambah ketidakpastian baru justru bisa memperpanjang waktu untuk mencapai kondisi ekonomi yang lebih stabil.

Dua Skenario Inflasi

The Fed saat ini mempertahankan suku bunga acuannya dan menunggu arah ekonomi di tengah kebijakan baru soal perdagangan, pajak, imigrasi, dan regulasi.

Menurut Musalem, perekonomian AS masih menunjukkan fondasi yang kuat, meski terdapat indikasi perlambatan dalam rencana investasi dan perekrutan oleh pelaku usaha.

Ia menilai terdapat dua kemungkinan terkait inflasi: tekanan harga akibat tarif bisa bersifat sementara atau justru berlarut-larut. Jika negosiasi perdagangan berhasil dan tarif diturunkan, inflasi diperkirakan akan terus menurun menuju target 2%.

Namun jika inflasi terbukti lebih persisten, respons moneter yang terlalu cepat—seperti pelonggaran kebijakan—berisiko menurunkan kredibilitas The Fed dalam menjaga stabilitas harga.

“Berkomitmen terlalu dini untuk melonggarkan kebijakan sebelum memahami dampak penuh dari tarif terhadap inflasi bisa jadi kesalahan. Stabilitas harga harus tetap menjadi prioritas utama di tengah ancaman inflasi yang bisa menggeser ekspektasi jangka panjang,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper