Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Kuartal II/2025 Diramal Melambat Jadi 4,8%, Terendah 4 Tahun Terakhir!

Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 4,8% di kuartal II/2025, terendah dalam 4 tahun. Konsumsi lemah, ekspor naik, dan stimulus ekonomi Rp24,44 triliun diluncurkan.
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah ekonom meramal ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 akan tumbuh melambat di kisaran angka 4,8%. Kalau proyeksi ini terealisasi, akan menjadi yang terendah sejak 4 tahun terakhir.

Dalam catatan Bisnis, sejak tahun 2020, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 2 selalu berada di atas 5%. Pada kuartal 2/2021, misalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07%. Tren ini berlanjut pada kuartal 2/2022 mencapai 5,44%, kuartal 2/2023 5,17%, dan pada periode yang sama tahun 2024 mencapai 5,02%.

Hasil survei dari 26 ekonom memperkirakan pertumbuhan PDB pada April—Juni 2025 itu juga diperkirakan sedikit lebih rendah dari pencapaian pada Januari-Maret 2025 atau kuartal I/2025, yakni 4,87% secara tahunan.  

Pertumbuhan itu melambat atau menjadi yang terendah dalam kurun waktu empat tahun terakhir pada periode yang sama. Hal itu sejalan dengan beban belanja rumah tangga pada pertumbuhan yang lemah serta mengimbangi peningkatan ekspor. 

Meski demikian, PDB kuartal II/2025 diproyeksikan tumbuh 3,70% secara kuartalan dari kuartal I/2025, atau pulih dari kontraksi sekitar 0,98%.

"Keyakinan konsumen menurun, aktivitas industri melambat, dan pengangguran kaum muda tetap tinggi. Angka penjualan ritel riil juga lemah sepanjang kuartal kedua karena rumah tangga tetap berhati-hati dalam berbelanja akibat pertumbuhan upah riil yang stagnan," ujar ekonom asosiasi di Moody's Analytics, Jeemin Bang, dikutip dari Reuters pada Senin (4/8/2025). 

Adapun Indeks Penjualan Riil menunjukkan bahwa kinerja penjualan eceran sempat terkontraksi 0,3% pada April 2025, dan meningkat tipis ke 1,9% pada Mei 2025. Hal itu menunjukkan konsumsi rumah tangga yang lesu.

Ekspor dan Stimulus Konsumsi

Untuk menggairahkan belanja masyarakat, pemerintah pun mengucurkan paket insentif ekonomi sebesar Rp24,44 triliun. Stimulus itu beragam mulai dari diskon tarif tol hingga subsidi upah. 

Sementara itu, kinerja ekspor pada Juni 2025 tumbuh 11,29% sehingga melanjutkan tren positif sepanjang kuartal II/2025. Seperti diberitakan Bisnis juga, surplus neraca dagang pada Juni 2025 sebesar US$4,10 miliar juga melanjutkan tren surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Kinerja ekspor itu positif sejalan dengan percepatan pengapalan barang-barang ekspor sebelum berlakunya tarif impor dari Amerika Serikat (AS) sebesar 19%, yang sebelumnya diturunkan dari 32%. 

Kendati besaran tarif turun dan hanya 10% produk Indonesia diekspor ke AS, ekonom mewanti-wanti adanya dampak tidak langsung dari tarif Presiden Donald Trump ke mitra dagang utama lainnya. Kemudian, ada juga proyeksi ekonomi global yang melemah di beberapa bulan ke depan. 

Sejalan dengan perlambatan konsumsi dalam negeri serta perdagangan global, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga pada Juli 2025 yakni ke level 5,25%. Keputusan itu diambil pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 15—16 Juli 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa bank sentral akan melakukan asesmen apabila ada ruang untuk melakukan pelonggaran lebih jauh. 

Di sisi lain, survei Reuters terpisah pada Juli 2025 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini mencapai rata-rata 4,8%, atau masih dalam kisaran BI yaitu 4,6% sampai dengan 5,4% secara tahunan.

Namun demikian, proyeksi pertumbuhan PDB itu masih terlampau jauh dari target pertumbuhan secara tahunan sebesar 8% yang dijanjikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada periode pertama pemerintahannya. 

Proyeksi Sri Mulyani 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku koordinator Komite Stabilitas Sistem Keuangan alias KSSK memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 akan mencapai sekitar 5%.

Proyeksi tersebut Sri Mulyani sampaikan usai KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) rampung menggelar rapat berkala pada 25 Juli 2025.

"Berbagai perkembangan dan kondisi strategis kebijakan akan terus ditingkatkan untuk mendorong multiplier effect yang lebih besar sehingga ekonomi Indonesia tahun 2025 diproyeksikan masih akan tumbuh di sekitar 5%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor LPS, Jakarta Pusat, Senin (28/7/2025).

Kendati demikian, bendahara negara itu tidak menyampaikan angka pasti proyeksinya. Dia hanya menjelaskan bahwa perkembangan hasil negosiasi penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap barang impor asal Indonesia dari 32% ke 19% dapat mendorong kinerja sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furniture.

Di sisi lain, sambungnya, kesepakatan impor tarif 0% atas produk AS diperkirakan mendorong harga produk migas dan pangan Indonesia menjadi lebih rendah.

Hanya saja, Sri Mulyani mengaku bahwa perkembangan kinerja sektor manufaktur perlu menjadi perhatian. Alasannya, terjadi kontraksi PMI manufaktur yaitu 46,9% pada Juni 2025. 

"Peranan sektor swasta sebagai penggerak pertumbuhan akan terus didorong melalui kebijakan dan percepatan deregulasi termasuk mendorong peranan Danantara yang makin optimal," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Edi Suwiknyo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro