Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mencatat kenaikan impor keramik dari India hingga 130% pada 5 bulan pertama tahun ini. Adapun, derasnya produk impor murah dari negara tersebut ditenggarai praktik dumping.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, pihaknya meminta pemerintah untuk segera memberikan perlindungan dan dukungan bagi industri agar produk lokal tidak kehilangan daya saing.
"Terindikasi melakukan praktik dumping di samping pasar Indonesia sebagai salah satu negara pengalihan pasar ekspor keramik India ke AS yang terdampak perang tarif," kata Edy kepada Bisnis, Rabu (13/8/2025).
Edy menilai di tengah penurunan daya beli masyarakat saat ini, gempuran produk impor dari India menjadi tantangan yang menekan kinerja industri nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor produk keramik (HS 69) tercatat mencapai US$24,82 juta pada Januari-Juni 2025 atau naik 90% (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$13 juta.
"Industri keramik semakin terdesak dengan kenaikan biaya produksi akibat kuota gas HGBT [harga gas bumi tertentu] di sisi lain terhimpit oleh penurunan daya beli masyarakat dan gempuran produk impor dari India dan China," jelasnya.
Baca Juga
Namun, Edy mengakui bahwa industri keramik nasional saat ini mulai menunjukkan pemulihan yang ditunjukkan dengan stabilnya kapasitas produksinya.
Dalam catatan Asaki, tingkat utilisasi produksi pada semester I/2025 ini berada di kisaran 70%-71% atau naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 60%.
Adapun, secara volume produksi meningkat sekitar 62 juta meter persegi atau bertumbuh 16,5% (year-on-year/yoy).
"Kinerja industri keramik nasional di semester I/2025 meskipun bertumbuh namun masih di bawah target Asaki yakni tingkat utilisasi 75% untuk semester I/2025 ini," jelasnya.