Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsensus Ekonom Ramal Surplus Neraca Dagang US$2,8 Miliar per September 2024

Konsensus ekonom memperkirakan neraca perdagangan RI mencapai US$2,8 miliar dan menjadi surplus yang ke 53 kalinya secara beruntun pada September 2024.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Konsensus ekonom mengestimasikan neraca perdagangan Indonesia pada September 2024 akan mencapai US$2,8 miliar dan menjadi surplus yang ke 53 kalinya secara beruntun.  

Hasil konsensus ekonom Bloomberg yang berasal dari 26 perusahaan memperkirakan estimasi nilai tengah atau median di angka US$2,8 miliar. Estimasi tertinggi senilai US$3,6 miliar yang dikeluarkan oh JP Morgan Chase Bank. 

Sementara estimasi terendah untuk capaian neraca perdagangan September 2024 ini masih positif di angka US$1,1 miliar dari Deutsche Bank AG.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede dalam konsensus tersebut memperkirakan neraca dagang Indonesia akan lebih besar dari estimasi median, yakni di angka US$2,92 miliar. Prediksinya tersebut juga tercatat lebih tinggi dari realisasi neraca dagang Agustus 2024 yang senilai US$2,9 miliar. 

Josua menuturkan surplus tersebut akan berasal dari kinerja nilai ekspor bulanan yang masih lebih besar dari nilai impor. Meski diperkirakan ekspor mengalami kontraksi 3,85% (month to month/MtM), laju ekspor secara tahunan (year on year/YoY) diperkirakan tumbuh 9,21%. 

Selain harga batu bara yang tidak setinggi bulan yang sama tahun lalu, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur negara mitra dagang, seperti China, AS, dan Eropa, masih kurang menggembirakan karena di bawah 50 atau masuk zona kontraktif. 

“Laju bulanan ekspor yang terkontraksi pada bulan September dipengaruhi tren penurunan aktivitas manufaktur global yang terindikasi dari PMI manufaktur dari sebagian besar mitra dagang utama Indonesia,” ujarnya, Selasa (15/10/2024). 

Aktivitas Impor dan Harga Komoditas jadi Penentu

Sejalan dengan ekspor bulanan yang masih negatif, Josua memperkirakan kinerja impor secara bulanan diperkirakan kontraksi 4,5% MtM, meskipun laju tahunan impor diperkirakan tumbuh 13,8%. 

Josua menduga penurunan kinerja impor dipengaruhi oleh adanya potensi penurunan impor migas dan nonmigas pada September. Pasalnnya, harga minyak global Brent pada September 2024 mencatatkan -7,6% MtM, sementara pada periode tersebut pula terdapat faktor musiman penurunan impor nonmigas. 

Dengan perkiraan US$2,9 miliar, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menuturkan surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan kontraksi impor yang lebih dalam secara bulanan dibandingkan ekspor.

Secara tahunan, ekspor yang diperkirakan tumbuh 9,24% dan impor tumbuh di angka 13,95% karena dipicu oleh base effect pada September 2023 yang turun 12,5% YoY.

Penurunan ekspor secara bulanan dipicu oleh kontraksi yang lebih dalam pada harga batubara dan nikel masing-masing sebesar -3,9% dan -1% MtM atau secara tahunan masih tumbuh positif sebesar 12,2% dan 17,9%. Sementara itu, harga CPO meningkat 6,2% MtM atau 19,5% YoY.

Selain itu, penurunan impor secara bulanan juga didorong oleh penurunan harga minyak sebesar 7,6% MtM atau 21,3% YoY.

Impor secara tahunan yang naik tercermin dari dari Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang naik tipis pada September 2024 ke level 49,2, dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 48,9. 

Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang melihat kinerja ekspor impor akan tetap kuat dan surplus akan terjaga di angka US$2,8 miliar. 

“Di sisi impor sejalan aktifitas domestik rebound, tercermin dari rilis PMI Manufacture yang rebound, serta persiapan produsen menyongsong akhir tahun,” tuturnya. 

Penguatan Rupiah Berdampak pada Impor

Berbeda dari tiga ekonom sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual justru melihat surplus neraca perdagangan akan mencapai US$3,14 miliar. 

Selain fluktuasi harga komoditas utama Indonesia, penguatan rupiah memilik efek tersendiri pada pelaku perdagangan internasional. 

Di mana rupiah berdampak pada pelaku impor yang memanfaatkan peluang tersebut dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya.

“Impor naik lumayan untuk kebutuhan bahan baku karena importir memanfaatkan nilai tukar rupiah yang murah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (14/10/2024). 

Per 20 September 2024 lalu, tercatat nilai tukar rupiah mengalami penguatan sebesar 0,85% sepanjang tahun berjalan dan berada di level Rp15.200an per dolar AS. 

Hal tersebut sejalan dengan penurunan suku bunga BI Rate menjadi 6% dan indeks dolar AS yang melemah. 

Proyeksi Konsensus Ekonom untuk Neraca Dagang September 2024

Ekonom  Perusahan Estimasi (US$, miliar) 
Cimb Ltd 3,18
Miguel Chanco Pantheon Macroeconomics Ltd 2,85
Josua Pardede PT Bank Permata Tbk 2,92
Fakhrul Fulvian Trimegah Securities 3,06
Lionel Priyadi PT Mega Capital Indonesia 2,7
Krystal Tan Australia & New Zealand Banking Grp. 2,9
Helmi Arman Citigroup Securities Indonesia
2,47
Alvin Liew United Overseas Bank Limited 2,3
Lavanya Venkateswaran Oversea-Chinese Banking Corp Limited 2,78
Pranjul Bhandari HK and SH Banking Corp Ltd SP BR 2,8
David E Sumual Bank Central Asia Tbk PT 3,14
Hosianna Evalita Situmorang Bank Danamon PT 2,8
Euben Paracuelles Nomura Singapore Limited 3,1
Juniman Juniman PT Bank Maybank Indonesia Tbk 2,55
Brian Tan Barclays Bank PLC 1,94
Deutsche Bank AG 1,1
Rully Arya Wisnubroto Pt Mirae Asset Sekuritas Indonesia 2,39
Bank Mandiri Persero Tbk PT 2,9
Jeemin Bang Moodys Analytics Singapore Pte Ltd 2,7
Aldian Taloputra Standard Chartered Bank 2,7
Sin Beng Ong JP Morgan Chase Bank NA 3,6
Fikri C Permana KB Valbury Sekuritas 2,49
Renno Prawira PT Ciptadana Sekuritas Asia 2,7
Helmy Kristanto Danareksa Securities PT/Jakarta 2,82
Radhika Rao DBS Bank Ltd 3
Bank Negara Indonesia Persero Tbk 3,13

Sumber: Bloomberg 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper