Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Pariwisata Cari Pasar Baru, Antisipasi Rugi Imbas Efisiensi Pemerintah

Pemain pariwisata dan perhotelan mengatur strategi mencari peluang baru di tengah pembatasan anggaran yang dilakukan pemerintah
Hotel Swissotel yang digarap Konsorsium Nusantara di IKN siap beroperasi pada 17 Agustus 2024 - Bisnis/Alifian Asmaaysi.
Hotel Swissotel yang digarap Konsorsium Nusantara di IKN siap beroperasi pada 17 Agustus 2024 - Bisnis/Alifian Asmaaysi.

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan para pelaku industri perhotelan & restoran berupaya mencari pasar baru untuk mengantisipasi kerugian imbas adanya pemangkasan perjalanan dinas di lingkungan kementerian/lembaga.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa menyampaikan, pembukaan segmen-segmen baru di industri hotel dan restoran perlu dilakukan mengingat kondisi government spending saat ini yang cukup terbatas.

“Jadi ada segmen baru, segmen yang kita create untuk bisa masuk di hotel, karena government spending lagi kurang ini,” kata Kiki dalam diskusi pada Musyawarah Nasional (Munas) XVIII PHRI Tahun 2025, Selasa (11/2/2025).

Saat ini, Kiki menyebut bahwa Kemenpar tengah melakukan inventarisasi segmen baru yang bisa masuk ke industri hotel dan restoran. 

Dalam hal ini, pemerintah meminta dukungan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk dapat mencari segmen-segmen baru, baik dari domestik maupun mancanegara.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PHRI Hariyadi B. Sukamdani mengatakan bahwa sebagian sektor usaha bergantung pada government spending. 

Namun, dia menilai bahwa ketergantungan terhadap government spending ‘tidak sehat’. Pasalnya, jika anggaran pemerintah terkoreksi, maka hal tersebut tentu berdampak besar terhadap sektor yang sangat bergantung pada government spending.

“Karena memang kalau bergantung kepada government spending, saya sudah perkirakan dulu, pasti akan ada satu masa yang akan terjadi koreksi di anggaran kita,” ujar Hariyadi.

Untuk itu, Hariyadi mendorong stakeholders di sektor pariwisata untuk bersama-sama membuat program yang dapat mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman).

Menurutnya, jika Thailand dapat mendatangkan 40 juta wisman ke negaranya, Indonesia minimal mendatangkan 60 juta wisman per tahunnya.

“Mungkin hari ini juga kita mulai harus lebih serius untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara ke Indonesia. Jadi hitungan saya, kalau Thailand itu 40 juta, harusnya minimal kita 60, baru kita akan survive,” tuturnya. 


 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper