Berikut daftar negara yang menerapkan retaliasi untuk menghadapi kebijakan tarif Trump:
Uni Eropa
Seiring diumumkannya tarif resiprokal oleh AS pekan lalu, Uni Eropa menyatakan bakal membalas kebijakan tersebut. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, pengumuman Trump merupakan pukulan telak bagi ekonomi dunia.
“Kami tengah mempersiapkan tindakan balasan lebih lanjut untuk melindungi kepentingan dan bisnis kami jika negosiasi gagal,” kata von der Leyen dalam pidato video pada Kamis (3/4/2025), mengutip Bloomberg.
Komisi Eropa mengusulkan tarif pembalasan sebesar 25% terhadap berbagai impor AS, sebagai tanggapan atas tarif baja dan aluminium Trump, bukan pungutan yang lebih luas.
Kendati begitu, daftar tersebut dipersingkat setelah eksekutif Uni Eropa tunduk pada tekanan dari negara-negara anggota dan menghapus bourbon, anggur, dan produk susu usai Trump mengancam akan menerapkan tarif balasan sebesar 200% pada minuman beralkohol Uni Eropa.
Baca Juga
Kanada
Tanggapan serupa juga dilayangkan oleh Kanada. Perdana Menteri Mark Carney mengancam akan mengambil langkah balasan dalam rangka melindungi tenaga kerja domestik.
Ottawa menyebut kebijakan Trump sebagai ancaman nyata terhadap sistem perdagangan global yang selama ini dibangun atas prinsip keterbukaan dan keseimbangan.
China
China menjadi negara yang paling bereaksi keras terhadap kebijakan Trump. Sebagai tanggapan, Negeri Tirai Bambu memberlakukan tarif balasan sebesar 34%, terutama menyasar produk-produk pertanian asal Amerika Serikat.
Tarif balasan ini lantas dibalas kembali dengan ancaman Trump yang akan mengenakan tarif tambahan 50%. Pemerintah China langsung merespons keras ancaman tersebut.
Melansir Reuters, Selasa (8/4/2025), Kedutaan Besar China di AS menyebut ancaman Trump tersebut sebagai simbol dari sikap unilateralisme dan proteksionisme.
Juru bicara Kedutaan Besar China Liu Pengyu mengatakan, pemerintah China telah berulang kali menegaskan bahwa upaya menekan dan mengancam China bukanlah pendekatan yang efektif.
Terbaru, usai pemerintah AS menerapkan tarif timbal balik per 9 April 2025, China belum mengumumkan tindakan balasan apa pun. Hal itu berbeda dengan Februari dan Maret 2025, ketika China membalas hanya beberapa menit setelah putaran tarif AS sebelumnya dimulai.