Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengejar Megaproyek Abadi Masela Usai 26 Tahun Jalan di Tempat

Percepatan pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela terus dikejar seiring meningkatnya kebutuhan gas dalam negeri.
INPEX Masela, LTD.  dan mitra kerja sama, yaitu Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) dan Petronas Masela Sdn.
Bhd.  mengumumkan dimulainya fase Inisiasi Onshore LNG Front-End Engineering Design (FEED OLNG) untuk pengembangan Proyek LNG Abadi Masela di Jakarta, Rabu (9/4/2025)./Istimewa
INPEX Masela, LTD. dan mitra kerja sama, yaitu Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) dan Petronas Masela Sdn. Bhd. mengumumkan dimulainya fase Inisiasi Onshore LNG Front-End Engineering Design (FEED OLNG) untuk pengembangan Proyek LNG Abadi Masela di Jakarta, Rabu (9/4/2025)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA --- Percepatan pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela terus dikejar seiring meningkatnya kebutuhan gas dalam negeri. Pemerintah mendesak operator, Inpex Masela Ltd., untuk mempercepat produksi proyek migas raksasa di Laut Arafura itu sebelum 2030.

Proyek Lapangan Abadi Masela belum juga berproduksi sejak Inpex memperoleh hak pengelolaan pada November 1998 atau sekitar 26 tahun lalu. Proyek ini sempat tersendat beberapa kali karena sejumlah permasalahan, mulai dari perubahan rencana pembangunan kilang LNG di lepas pantai menjadi di darat hingga hengkangnya Shell dari proyek tersebut.

Pada Rabu (9/4/2025), Inpex resmi memulai inisiasi seleksi teknologi onshore LNG front-end engineering design (FEED OLNG) untuk proyek Lapangan Abadi Masela. FEED atau desain rekayasa awal itu menandai kemajuan besar untuk proyek tersebut.

Fase ini difokuskan pada pemilihan teknologi lisensor likuefaksi dan teknologi penggerak turbin gas, yang keduanya merupakan elemen penting untuk mempercepat keseluruhan tahapan desain rekayasa awal.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, momentum ini menjadi sinyal positif akan keberlanjutan pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela. Hal ini mengingat proyek tersebut merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang sangat dinantikan karena peran vitalnya dalam mendukung ketahanan energi nasional.

Menurut Djoko, proyek ini juga mencerminkan penerapan teknologi tinggi dan semangat kolaborasi lintas pemangku kepentingan.

"Tahap ini penting untuk memastikan kesesuaian desain teknis terhadap kebutuhan komersial dan lingkungan, sekaligus menjadi langkah awal untuk mengakselerasi keseluruhan jadwal FEED," kata Djoko.

Dengan dimulainya inisiasi tersebut, Djoko meminta Inpex untuk mempercepat keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) Blok Masela pada 2026 untuk mengejar produksi pada 2029.

Semula, FID proyek LNG di Lapangan Abadi Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku itu ditargetkan tercapai pada 2027.

"Harus tahun depan [FID]. Ini kan kita percepat," kata Djoko.

Menantang

CEO Inpex Corp Takayuki Ueda mengatakan, tenggat produksi pada 2029 akan sangat menantang. Hal ini mengingat penyelesaian tahapan FEED dan konstruksi (EPC) umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Untuk FEED biasanya butuh waktu 2 tahun dan 4-5 tahun untuk EPC. Saya harus mengatakan bahwa awal produksi pada tahun 2029 sangat menantang," ujar Ueda.

Namun, dia memahami bahwa permintaan gas di Indonesia tumbuh sangat cepat. Untuk itu, pihaknya pun berkomitmen untuk mempercepat produksi Blok Masela.

"Jadi kami akan melakukan upaya terbaik kami untuk mempercepat proyek ini sehingga kami dapat mencapai target produksi yang diminta pemerintah sebelum tahun 2030," imbuhnya.

Proyek LNG Abadi mencakup pembangunan dua train likuefaksi LNG di darat dengan total kapasitas produksi sebesar 9,5 juta metrik ton per tahun (mtpa), penyaluran gas pipa sebesar 150 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) untuk kebutuhan domestik, dan produksi kondensat sekitar 35.000 barel per hari (bcpd).

Inpex mengelola Lapangan Gas Abadi dengan hak partisipasi 65%, bersama mitra Pertamina Hulu Energi Masela (20%) dan Petronas Masela Sdn. Bhd. (15%).

Proyek LNG Abadi juga dirancang menjadi proyek LNG pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi carbon capture and storage (CCS) sejak awal pengembangannya. Ueda mengatakan, pendekatan ini akan memainkan peran penting dalam mendukung target nasional dekarbonisasi Indonesia.

"Proyek ini tidak hanya akan membuka potensi sumber daya gas yang signifikan ke depannya, tetapi juga mencerminkan komitmen kami terhadap energi bersih melalui teknologi CCS," ucapnya.

Tantangan Pasokan Gas dalam Negeri

Pemenuhan kebutuhan gas dalam negeri akhir-akhir ini cukup menantang. Pemerintah bahkan, harus mengalihkan alokasi LNG jatah ekspor untuk pasar domestik.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper