Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendag Sebut Tarif Trump Ancam Gerus Surplus Neraca Dagang RI

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut kebijakan tarif Trump berpotensi menggerus surplus neraca perdagangan RI.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksi kebijakan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Indonesia bisa menggerus surplus neraca perdagangan Indonesia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan, tambahan tarif terhadap produk-produk Indonesia akan secara langsung menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar AS.

“Hal ini akan berakibat turunnya ekspor dan menggerus surplus neraca perdagangan yang selama ini menguntungkan Indonesia,” kata Budi dalam Rapat Kerja Komisi VI dengan Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN di Kompleks Senayan DPR, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Selain itu, Budi menyebut, perang dagang ini juga akan mengerek harga barang bahan baku produksi. Imbasnya, tarif Trump berpotensi menurunkan daya saing dan produktivitas industri dalam negeri.

Kendati demikian, Budi mengklaim pemerintah telah mengantisipasi risiko terjadinya lonjakan barang impor dari negara-negara yang terkena kebijakan tarif AS dan meningkatnya praktik dumping yang akan merugikan pelaku usaha dalam negeri.

Di sisi lain, Budi menuturkan bahwa pemerintah Indonesia dan pemerintah AS telah mengadakan pertemuan Chief Negotiator untuk membahas ruang lingkup dan subtansi perundingan terkait kebijakan tarif Trump. Adapun, perundingan ini ditargetkan rampung dalam 60 hari sebelum diberlakukan tarif resiprokal.

Dia menjelaskan, proses perundingan ini merupakan proses negosiasi untuk mengurangi hambatan perdagangan dan meningkatkan akses pasar yang diharapkan dapat meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan AS.

Lebih lanjut, Budi memerinci sederet subtansi utama yang dirundingkan atau yang akan dirundingkan, antara lain kebijakan Indonesia terkait perizinan impor, standar kesehatan dan keamanan pangan, hambatan teknis perdagangan, persyaratan halal, tingkat komponen dalam negeri (TKDN), dan perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI).

“Setiap proses dan subtansi yang dibahas akan dilakukan secara cermat, mengutamakan kepentingan nasional dan melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait,” ungkapnya.

Tercatat, total perdagangan Indonesia dengan AS pada 2024 mencapai US$38,3 miliar atau naik 11,01% dibanding tahun 2023. Adapun, ekspor Indonesia ke AS tumbuh rata-rata sebesar 6,05% per tahun selama 2020—2024.

Pada 2024, ekspor Indonesia tercatat US$26,3 miliar atau tumbuh 13,36% dari 2023. Dari sisi neraca perdagangan, Indonesia mencatatkan surplus terhadap Amerika Serikat selama 5 tahun terakhir.

Budi juga mengungkap bahwa pada 2024, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai US$14,3 miliar.

Teranyar, pada Maret 2025, perdagangan dengan Amerika Serikat masih mencatatkan surplus tertinggi sebesar US$1,98 miliar. Pada Januari-Maret 2025 ekspor nonmigas Indonesia ke AS sebesar US$7,30 miliar atau 16,29% lebih besar dibandingkan periode Januari—Maret 2024 sebesar US$6,28 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper