Bisnis.com, JAKARTA – Jepang memberi sinyal siap menuntaskan kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat tanpa menunggu gelaran KTT G7 di Kanada pekan depan, apabila kedua pihak berhasil mencapai titik temu lebih awal.
Melansir Bloomberg pada Senin (9/6/2025), Kepala Negosiator Jepang Ryosei Akazawa mengatakan pada Jumat (6/6) bahwa pembicaraan perdagangan dengan AS telah mengalami kemajuan. Namun, hingga kini, belum tercapai konsensus mengenai peninjauan ulang tarif impor yang dikenakan AS secara luas.
Pernyataan itu disampaikan Akazawa usai perundingan putaran kelima yang melibatkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.
Negosiasi berlangsung satu pekan sebelum Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba bertolak ke KTT G7, yang ia sebut sebagai tonggak penting dalam proses perundingan.
Meski belum menunjukkan tanda-tanda kesepakatan final, Akazawa menegaskan bahwa kedua belah pihak berupaya menyegerakan penyelesaian perjanjian demi meminimalisasi dampak ekonomi akibat tarif yang berlaku saat ini. Ia juga menyebutkan belum ada jadwal pasti untuk pertemuan lanjutan.
“Jika revisi tarif memungkinkan, kami tidak akan menunggu hingga KTT G7. Kami ingin segera menghentikan dampak ekonomi, bahkan jika itu bisa dilakukan dalam hitungan hari, jam, atau detik,” ujarnya.
Baca Juga
Seorang pejabat pemerintah AS dalam pengarahan kepada media di Washington menyampaikan bahwa masih terbuka kemungkinan adanya pembicaraan tambahan antara Akazawa dan para mitranya sebelum kesepakatan resmi antara Ishiba dan Presiden AS Donald Trump tercapai.
Trump diketahui memanfaatkan kebijakan tarif sebagai instrumen negosiasi untuk menekan defisit perdagangan AS dengan berbagai negara, termasuk Jepang. Ia telah menerapkan tarif sebesar 25% untuk impor mobil dan suku cadangnya dari seluruh dunia.
Jepang, seperti negara-negara lain, turut terdampak kebijakan terbaru: tarif baja dan aluminium yang naik dua kali lipat menjadi 50% pekan ini, serta tarif menyeluruh sebesar 10% untuk berbagai produk lain yang dijadwalkan naik menjadi 24% pada awal Juli, jika tak ada kesepakatan.
Gagalnya pencapaian kesepakatan berisiko melemahkan posisi politik Ishiba menjelang pemilu majelis tinggi pada Juli mendatang. Dengan bayang-bayang resesi teknis akibat tekanan tarif, Ishiba telah menyetujui langkah darurat untuk menggunakan dana cadangan sebagai bantuan bagi dunia usaha dan rumah tangga yang terdampak bea masuk.
Sinyal awal menunjukkan bahwa tarif mulai memberi dampak pada neraca perdagangan. Data Departemen Perdagangan AS mencatat defisit perdagangan barang dan jasa menyusut 55,5% pada April dibanding bulan sebelumnya, dipicu oleh penurunan impor yang mencapai rekor 16,3%.