Bisnis.com, JAKARTA - Mineral akan menjadi penopang bahan baku energi di masa depan, termasuk pada kendaraan listrik. Sektor tersebut bahkan bisa menjadi pendorong energi bersih dalam jangka panjang.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa pasar mineral masih cukup kuat untuk jangka panjang, untuk penggunaan secara tradisional maupun baru.
Penggunaan baru ini, kata dia, termasuk untuk kebutuhan energi baterai hingga sebagai bahan baku digitalisasi. Indonesia juga disebut sedang mengarah pada pemanfaatan bahan baku tersebut.
“Jadi kebutuhan mineral jangka panjang itu didorong untuk kebutuhan energi bersih. Satu, memang untuk bahan baku energi sendiri, lainnya adalah untuk bahan baku pendukung, seperti bahan wind turbine,” katanya saat webinar HUT ke-20 BPSDM ESDM, Rabu (13/10/2021).
Dia menjelaskan bahwa mineral yang dimiliki Indonesia memang tidak terlalu melimpah, namun cukup. Nikel dan cobalt disebut memiliki cadangan melimpah di Indonesia, tetapi berbeda dengan cadangan mineral jenis mangan.
“Apalagi kalau kita bicara litium. litium itu daya kita belum cukup kuat. Baru indikasi dan beberapa konseptual. Di sinilah perlu kekuatan sumber daya manusia,” katanya.
Sumber daya manusia (SDM) yang andal di dalam negeri, menurutnya, perlu diperkuat agar mampu mengekstraksi mineral, serta mengolahnya menjadi bahan baku baterai.
Dorongan tersebut terus dilakukan pemerintah untuk memberi nilai tambah kepada industri.
“Saya terus terang mengatakan, kita dorong-dorong di hulu. Kalau hilirnya tidak dipercepat juga ini kita tidak akan mendapat banyak,” tuturnya.