Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut Kontraksi Ekspor ke AS Bikin Neraca Perdagangan Lesu

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kinerja neraca perdagangan Indonesia yang turun merupakan imbas dari pengumuman tarif dagang AS.
Selasa, 3 Juni 2025 | 01:36
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kinerja neraca perdagangan Indonesia yang ambrol hingga mencapai titik terendah sejak Mei 2020 merupakan imbas dari perlambatan aktivitas perdagangan global, terutama dari Amerika Serikat.

"Kejadian yang dilakukan di Amerika Serikat dari April dampaknya terlihat pada April dan Mei ini.  Bulan April pengumuman, shipment sudah jalan. Kami lihat bulan Mei berdampak ke seluruh dunianya,” ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (2/6/2025).

Menurutnya, penurunan ekspor ke AS langsung memengaruhi ekspor Indonesia dan sejumlah negara lainnya. Hal ini menyebabkan pelemahan kinerja perdagangan global yang akhirnya terasa juga oleh Indonesia.

Tak hanya ekspor dari negara-negara mitra dagang AS, data impor ke Negeri Paman Sam juga disebut koreksi. Sri Mulyani memperkirakan penurunan ekspor menuju AS akan terus berkurang dalam beberapa waktu ke depan.

Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah tidak tinggal diam menghadapi tren perlambatan ini. Pemerintah segera menggulirkan paket stimulus ekonomi yang telah dirancang untuk mengatasi tekanan ekonomi eksternal, khususnya yang mulai terasa di kuartal II/2025.

“Makanya kita melakukan mitigasi itu dengan membuat paket stimulus ini, dengan penekanan bisa dilakukan pada Juni atau Juli, karena akan terasa sekali dampaknya,” pungkas Sri Mulyani.

Pada April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif universal sebesar 10% terhadap semua negara yang mengalami surplus, termasuk Indonesia, usai menunda implementasi tarif resiprokal. 

Mengacu Berita Resmi Statistik (BRS) soal Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia April 2025, ekspor nonmigas Indonesia ke AS tercatat senilai US$2,08 miliar, lebih rendah dari US$2,63 miliar (Maret 2025). 

Meski secara bulanan menurun, tetapi ekspor nonmigas Indonesia ke AS secara tahunan mencatatkan peningkatan hingga 18,43%, dari April 2024 yang senilai US$1,75 miliar. 

Sementara melihat data secara kumulatif, pada Januari—April 2025, China tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar yaitu sebesar US$18,87 miliar (22,86%), diikuti oleh Amerika Serikat US$9,38 miliar (11,36%), dan India US$5,59 miliar (6,77%).

Di masa perang tarif antara AS dan China pada April lalu, ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu juga mencatatkan penurunan hingga 7,03% (month to month/MtM), dari US$5,2 miliar pada Maret 2025 menjadi US$4,83 miliar pada April 2025. 

Sama halnya dengan AS, bila melihat data secara tahunan, ekspor RI ke China tetap mencatatkan kinerja positif sebesar 12,9% (year on year/YoY). 

Melihat data secara kumulatif periode Januari hingga April 2025, ekspor RI ke China mencapai US$18,87 miliar atau meningkat 7% dari periode yang sama tahun lalu. 

Secara umum, kinerja ekspor Indonesia April 2025 mencapai US$20.743,8 juta atau US$20,74 miliar, lebih rendah dari Maret 2025 yang mencapai US$23,25 miliar atau turun 10,77% (MtM). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper