Bisnis.com, JAKARTA — Indeks produktivitas manufaktur sejumlah negara Asean menunjukkan perbaikan pada Juli 2025. Meskipun demikian, tingkat purchasing manager index (PMI) manufaktur Indonesia masih berada di level terendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia hingga Vietnam.
Berdasarkan laporan S&P Global, PMI manufaktur Indonesia kembali menunjukkan kontraksi. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 49,2 pada Juli 2025 atau di bawah ambang batas 50.
Kinerja bulan Juli memang mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang berada di level 46,9 dan 47,4 pada Mei 2025. Dalam laporan terbaru S&P Global, tren kontraksi ini berlanjut sejak April 2025 lalu yang anjlok ke angka 46,7.
S&P Global juga melaporkan secara keseluruhan PMI manufaktur Asean mulai ekspansi di angka 50,1 pada Juli 2025 atau naik tipis dari bulan sebelumnya 48,6. Hal ini menunjukkan kondisi operasional di seluruh sektor manufaktur Asean yang secara umum stabil setelah kontraksi selama 3 bulan terakhir.
Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Asean kontraksi sejak April di angka 48,7 dan berlanjut di bulan berikutnya ke angka 48,6 pada Mei 2025.
Ekonom di S&P Global Market Intelligence Maryam Baluch, mengatakan perbaikan indeks ini menunjukkan sinyal positif pada awal semester kedua tahun 2025.
Baca Juga
"Untuk pertama kali dalam tiga bulan, kondisi operasional menunjukkan tanda pemulihan dengan output kembali bertumbuh. Penurunan permintaan baru dan ketenagakerjaan berkurang, aktivitas pembelian cenderung stabil pada sepanjang bulan," kata Maryam dalam laporan tersebut.
Namun, meski terlihat tanda positif yang sedang berkembang, data terkini menunjukkan penurunan kepercayaan diri tentang tahun mendatang di antara produsen Asean.
Adapun, angka ekspansi Asean menunjukkan rata-rata keseluruhan dari kondisi manufaktur di negara-negara anggota. Sementara itu, jika dilihat secara rinci di setiap negara kondisi industri beragam.
PMI manufaktur Filipina pada Juli 2025 tercatat ekspansi di angka 50,9 atau naik tipis dari sebelumnya 50,7. Meskipun hanya menunjukkan sedikit peningkatan, hal ini menunjukkan kembalinya momentum pertumbuhan. Perbaikan terbaru dalam kondisi operasional ini merupakan yang terkuat sejak April.
PMI manufaktur di Myanmar mengalami kontraksi meskipun terdapat pertumbuhan indeks dari 49 pada Juni menjadi 49,5 pada Juli 2025. Indeks tersebut telah meningkat 3 bulan terakhir meski masih di fase kontraksi.
Indeks manufaktur Thailand juga tumbuh dan berada di fase ekspansi. Adapun, pada Juni tercatat 51,7, kini berada di level 51,9. PMI mencatatkan angka di atas level netral 50,0 selama tiga bulan berturut-turut dan menandakan perbaikan lain dalam kondisi sektor manufaktur. Tingkat perbaikan ini tercatat paling tajam dalam hampir satu tahun.
Kemudian, PMI manufaktur Malaysia masih kontraksi, tapi tumbuh dari 49,3 pada Juni menjadi 49,7. Angka tersebut menandakan moderasi terlemah dalam kesehatan sektor ini selama lima bulan.
Lebih lanjut, Vietnam menunjukkan ekspansi paling kuat yakni di level 52,4 pada Juli atau naik pesat dari bulan sebelumnya 48,9. Indeks tersebut menunjukkan penguatan sektor manufaktur secara keseluruhan. Bahkan, perbaikan kondisi bisnis yang solid merupakan yang paling nyata selama hampir setahun.